REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ulama asal Turki, Badiuzzaman Said Nursi menjelaskan, ketika seseorang mencintai sosok manusia secara majasi, manakala ia menyaksikan orang yang dicintainya itu meninggal, kalbunya sulit untuk menerima. Maka, kata dia, engkau pun akan menyaksikan orang tadi memberikan cinta yang hakiki pada kekasihnya.
Dia berpegang pada sebuah hakikat guna menghibur diri, yaitu dengan melekatkan sifat keabadian pada kekasihnya lewat kecintaan yang hakiki , sehingga ia berkata, “Ia adalah cermin keindahan Tuhan dan Kekasih hakiki.”
"Demikianlah kondisi yang ada pada orang yang mencintai dunia yang besar ini serta menjadikan alam sebagai kekasihnya," Nursi dalam bukunya yang bejudul Al-Lama'at terbitan Risalah Nur Press, halaman 83-84.
Nursi melanjutkan, ketika kecintaan majasi tersebut berubah menjadi sebuah kecintaan hakiki dengan adanya cambuk kemusnahan dan perpisahan yang menimpa sang kekasih, sang pecinta itu pun akan menempuh jalan wahdatul wujud untuk menyelamatkan kekasih agungnya dari kemusnahan dan perpisahan.
Jikalau ia memiliki iman yang tinggi dan kuat, maka paham dan pendirian tersebut baginya merupakan tingkatan kedudukan yang bersinar terang dan dapat diterima sebagaimana yang ada pada Ibnu Arabi dan orang-orang semisalnya. Namun jika tidak, bisa jadi ia jatuh pada rentetan kesulitan, terjerumus dalam kubangan materi, dan tenggelam dalam berbagai sebab.
Adapun wahdatu asy-Syuhud (bahwa Tuhan terlihat pada semua benda) tidaklah berbahaya. Ia merupakan jalan mulia milik orang-orang yang sadar dan mendapat hidayah.
﴿ﺍﻟﻠّٰﻬﻢ ﺃﺭِﻧﺎ ﺍﻟﺤﻖَّ ﺣﻘًﺎ ﻭﺍﺭﺯُﻗﻨﺎ ﺍﺗّﺒﺎﻋَﻪ.﴾
“Ya Allah perlihatkan kepada kami bahwa yang benar itu benar serta berikan karunia kepada kami untuk bisa mengikutinya.”