Rabu 16 Nov 2022 20:15 WIB

Empati Kuatkan Rasa Persaudaraan

Rasulullah dalam teladannya mengajarkan sahabatnya untuk berempati kepada orang lain.

Ilustrasi Sahabat Nabi
Foto:

Empati yang diungkapkan Rasul dalam interaksi dengan para sahabatnya mengesankan mereka. Sahabat-sahabat bahkan mengambil pelajaran dan mempraktikkan sifat mulia itu dalam kehidupannya. Mereka ikut merasakan kepedihan dan sukacita yang dirasakan orang lain. Lebih dari itu, siap berkorban.

Abu Sufyan memberi tawaran untuk Zaid bin Datsinah sebelum nyawanya melayang. Zaid, sukakah kau kalau Muhammad menggantikan posisimu, sedangkan kau berada di tengah keluargamu? Dengan tegas, ia menukas, Demi Allah, aku tidak akan rela kalau Muhammad tertusuk duri di tempatnya sekarang, sedang aku berada di tengah keluargaku.

 Mendengar jawaban itu, Abu Sufyan mengatakan, dia tidak mengetahui ada cinta yang mungkin melebihi kecintaan sahabat Muhammad terhadap dirinya. Dalam peristiwa lain, Bilal tak gentar menghadapi ajal. Ia mengungkapkan kegembiraan di tengah kesedihan istrinya menghadapi keadaan Bilal yang menghitung waktu menunggu kematian.

Sang istri mengatakan, alangkah sedih dirinya. Namun, Bilal berucap, Tidak, aku amat senang. Aku akan bertemu dengan Nabi Muhammad dan para sahabat. Mahmud al-Mishri dalam bukunya, Ensiklopedia Akhlak Muhammad SAW, ikut merasakan duka atau perasaan orang lain memiliki kedudukan agung.

 Sikap ini berpengaruh dalam membina dan memantapkan hubungan antarsesama manusia, menumbuhkan tenggang rasa, dan menebarkan tali persaudaraan atas dasar cinta dan kasih sayang. Menurut al-Mishri, jangan sampai seorang Muslim membiarkan saudaranya berduka karena menghadapi sesuatu yang menyakitkan.

Sementara itu, Muslim tersebut bergembira tak menghiraukan penderitaan yang dirasakan saudaranya. Seorang Muslim akan merasa bahagia jika saudaranya bahagia, dan bersedih apabila saudaranya dirundung duka, katanya. Ini terjadi karena sesama Muslim itu adalah bersaudara.

Al-Mishri menyampaikan hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, yaitu perumpamaan orang Mukmin dalam saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi adalah seperti satu tubuh. Apabila satu anggota tubuh sakit, sekujur badan akan turut merasakan dengan tidak bisa tidur dan demam. n

 

 

sumber : Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement