REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Setelah pulang dari rumah Istrinya Maimunah, di antar Ali bin Abi Thalib, Nabi Muhammad dipapah masuk ke rumah istrinya yang bernama Aisyah. Pada hari-hari pertama Nabi Muhammad jatuh sakit, demamnya sudah terasa makin keras, sehingga beliau merasa seperti dibakar.
"Sungguhpun begitu, ketika demamnya sempat menurun ia pergi berjalan ke Masjid untuk mengimami sholat," tulis M. Husen Haekal dalam bukunya "Sejarah Hidup Muhammad".
Husen Haekal mengatakan, mengimami sholat salam keadaan sakit itu dilakukannya selama berhari-hari. Tetapi beliau tidak melakukan apa-apa lagi, jadi hanyan sholat saja tidak menyampaikan tausiyah seperti awal-awal Islam dikenalkan.
"Karena beliau sudah tidak kuat lagi duduk bercakap-cakap dengan sahabat-sahabatnya," katanya.
Namun, begitu apa yang dibisikkan orang bahwa beliau menunjuk anak yang masih muda belia di atas memimpin Muhajirin dan Ansar yang terkemuka untuk menyerang Romawi. Terdengar juga oleh Nabi, meskipun dari hari ke hari sakitnya terasa bertambah berat juga, tetapi karena ada bisik-bisik demikian rasanya perlu ia berbicara dan berpesan kepada mereka.
Dalam hal ini ia berkata kepada istri-istri dan keluarganya: "Tuangkan tujuh kirbat air kepadaku dari pelbagai sumur, supaya saya dapat menemui mereka dan berpesan kepada mereka."
Setelah dibawakan air dari beberapa sumur, dan setelah oleh istri-istrinya ia didudukkan di dalam pasu kepunyaan Hafsah. Lalu, ketujuh kirbat air itu disiramkan kepadanya dan pada saat disiramkan beliau merasa tidak nyaman dan berkata.
"Cukup-cukup," kata beliau.
Lalu, sesudah itu ia mengenakan pakaian kembali, dan dengan berikat kepala ia pergi ke Masjid. Setelah duduk di mimbar, ia mengucapkan puji dan syukur kepada Allah, kemudian mendoakan dan memintakan ampunan buat sahabat-sahabatnya yang telah gugur di Uhud.
"Banyak sekali ia mendoakan mereka," tulis M Haekal.
Kemudian Nabi Muhammad berkata. "Wahai manusia laksanakanlah keberangkatan Usamah. Sungguh, kalau kamu mengatakan yang bukan-bukan tentang kepemimpinannya, tentang kepemimpinan ayahnya dulu pun kamu pernah berkata yang bukan-bukan. Dia sudah pantas memegang pimpinan, seperti ayahnya dulu, yang juga pantas memegang pimpinan."
Nabi Muhammad diam sebentar. Sementara itu mereka yang hadir juga diam, tak ada yang bicara. Kemudian diteruskannya lagi:
"Ada seorang hamba oleh Allah disuruh memilih, antara dunia dengan akhirat atau di sisi-Nya, maka ia memilih di sisi Allah."
Nabi Muhammad diam lagi, dan jamaah juga diam, tidak bergerak. Tetapi Abu Bakar segera mengerti, bahwa yang dimaksud oleh Nabi dengan kata-kata terakhir itu adalah dirinya. Dengan perasaannya yang sangat lembut dan besarnya persahabatannya dengan Nabi, ia tak dapat menahan air mata dan menangis sambil berkata:
"Tidak. Bahkan Anda akan kami tebus dengan nyawa kami dan anak-anak kami."
Khawatir rasa terharu Abu Bakr ini akan menular kepada yang lain, Muhammad memberi isyarat kepadanya:
"Sabarlah, Abu Bakar."
Kemudian dimintanya agar semua pintu yang menuju ke Masjid ditutup, kecuali pintu yang ke tempat Abu Bakr. Setelah semua pintu ditutup, katanya lagi:
"Saya belum tahu ada orang yang lebih bermurah hati dalam persahabatannya dengan saya seperti dia. Sekiranya ada dari hamba Allah yang akan saya ambil sebagai khalil (teman dekat) maka Abu Bakrlah khalil saya, tetapi persahabatan dan persaudaraan kita dalam iman, sampai tiba saatnya Allah mempertemukan kita di sisi-Nya."