Jumat 11 Nov 2022 19:03 WIB

Ketahanan Keluarga untuk Bangsa

Generasi yang maju akan berasal dari lingkup keluarga yang baik.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Muhammad Hafil
Ilustrasi Keluarga Bahagia
Foto: pixabay
Ilustrasi Keluarga Bahagia

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Untuk menjadi negara yang maju dan berperadaban harus dimulai dari lingkup yang paling kecilnya dulu. Generasi yang maju akan berasal dari lingkup keluarga yang baik dan berkemajuan.

Ketua Komisi Perempuan, Remaja, dan Keluarga Majelis Ulama Indonesia (KPRK MUI) Siti Marifah mengatakan, keluarga adalah bagian terkecil dari sebuah bangsa. Jika keluarga sejahtera maka sejahteralah suatu bangsa.

Baca Juga

“Kalau keluarga sejahtera, maka bangsa dan negaranya akan sejahtera juga,” kata Marifah saat dihubungi Republika, Selasa (8/11/2022).

Dia menambahkan, penyiapan ketahanan keluarga dimulai sejak sebuah keluarga terbentuk. Untuk itu perlu dipersiapkan segala hal yang menyangkut di dalamnya. Dimulai dari komitmen membentuk keluarga, pentingnya penyuluhan pra-pernikahan, hingga kesiapan usia perkawinan yang juga menjadi bagian penting guna mewujudkan keluarga yang sejahtera.

Marifah menekankan bahwa mewujudkan keluarga yang sejahtera dapat melahirkan generasi yang kuat, cerdas, shaleh, yang harus dilalui dengan upaya-upaya yang tadi disebutkan. Namun demikian menurutnya hal itu tidaklah cukup.

“Upaya-upaya tadi harus ditingkatan,” kata dia.

Di sisi lain pihaknya menyinggung pentingnya peran serta setiap elemen untuk menguatkan ketahanan keluarga. Kolaborasi diperlukan dari seluruh elemen, mulai dari pemangku kebijakan seperti pemerintah, pemuka agama, hingga masyarakat.

Jika kolaborasi setiap elemen terjadi, kata dia, perwujudan ketahanan keluarga menjadi sebuah keniscayaan yang dapat menopang kemajuan bangsa. Peradaban yang maju sebuah bangsa dapat terlahir dari hadirnya ketahanan keluarga dari masyarakatnya. 

Elemen paling kecil dari sebuah bangsa ini sejatinya memiliki andil besar dan pengaruh yang signifikan terhadap keberlangsungan bangsa. Sebab dari lingkup keluarga lah, para pemimpin, pemikir, teknokrat, dan guru-guru bangsa dilahirkan.

Ustazah Iroh Siti Zahroh menambahkan, dalam program ketahanan keluarga diperlukan peran aktif laki-laki. Dia menilai bahwa kolaborasi dan kepedulian kaum laki-laki terhadap ketahanan keluarga menjadi poin yang cukup krusial dalam kesuksesan ketahanan keluarga.

"Keluarga itu adalah organisasi terkecil dalam negara. Untuk mencapai ketahanan keluarga, diperlukan peran serta laki-laki. Jangan menganggap bahwa urusan keluarga hanya domain perempuan saja,” kata dia.

Peneliti Islam dari El-Bukhari Institute Neneng Maghfiro mengatakan bahwa ketahanan keluarga bukanlah suatu hal yang mudah. Menurut dia perwujudan ketahanan keluarga memang harus merangkul setiap elemen bangsa yang secara langsung maupun tidak langsung bersinggungan sehari-hari.

Namun demikian dia meyakini bahwa peran serta laki-laki dalam mengukuhkan ketahanan keluarga menjadi sebuah keharusan. Ketahanan keluarga dinilai tidak bisa dimainkan sendiri oleh perempuan, mau tidak mau laki-laki harus mengambil peran.

“Saya rasa peran laki-laki sama pentingnya dengan perempuan dalam mewujudkan ketahanan keluarga. Di sisi lain, peranan pemerintah dan juga masyarakat juga cukup krusial dalam hal ini,” kata dia.

Pemerintah dengan segala intrumennya dapat mengontrol jalannya Undang Undang yang berkaitan dengan ketahanan keluarga. Pun demikian dengan masyarakat, kata dia, kontrol terhadap jalannya undang-undang ketahanan keluarga harus diselaraskan dengan realita yang ada. Sehingga apabila dalam realitasnya belum berjalan, maka setiap elemen dapat mendorong satu sama lain agar terwujud lingkungan yang kondusif untuk meningkatkan kemajuan ketahanan keluarga.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement