REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Para ulama Islam dikenal sebagai pribadi-pribadi yang tekun dalam mengumpulkan ilmu-ilmu Allah. Perjalanan mereka dalam menempuh dan mengumpulkan ilmu tidak mudah, berkat itu khazanah keilmuan Islam pun terkumpul dengan rapi untuk generasi penerus. Namun masihkah umat Islam mengkaji ilmu-ilmu tersebut?
Syekh Aidh Al-Qarni dalam kitab Sentuhan Spiritual berpesan agar umat Islam tidak melupakan perjuagan besar para ulama dalam mengumpulkan ilmu-ilmu Allah. Beliau menjabarkan tentang bagaimana para ulama terdahulu mencari ilmu.
Imam Ahmad, misalnya, selama 40 tahun menggeluti pengumpulan hadis. Pikirannya tidak akan tenang sebelum pekerjaannya itu diselesaikannya. Dia pergi ke Mesir, Irak, Syam, Khurasan, Hijaz, dan Shan'a di Yaman. Imam Ahmad mengumpulkan hadis demi hadis, menyelidiki riwayat dan perjalanan hadis tersebut.
Demikianlah buku Imam Ahmad (Al-Musnad) memenuhi dunia, ada di laci, di perpustakaan, dan di rak-rak buku umat Islam. Tetapi Syekh Aidh Al-Qarni mempertanyakan di manakah para pembacanya? Di manakah mereka yang duduk membaca dan mencari hadis di dalam buku yang dikarang Imam Ahmad tersebut?
Dahulu para ulama membaca di bawah teriknya matahari, di tengah dinginnya udara, dan dengan sedikit makanan dan minuman. Dahulu Imam Ibnu Jauzi pergi ke pinggir Sungai Dajlah membawa sepotong roti kering. Dia tidak mungkin memakannya begitu saja tanpa air, sebab roti kering itu bisa melukai kerongkongan beliau.
Sedangkan saat ini umat Islam, kata Syekh Aidh, tidak membaca walaupun air dingin ada di hadapan, makanan lezat tersedia di sekeliling, dan perlengkapan pendingin udara telah mengurangi panasnya matahari.
Seorang ulama bernama Ishaq Al-Kusaj pergi ke Khurasan. Ketika dia tengah di padang pasir, turunlah hujan lebar. Sedangkan saat itu dia membawa buku-buku yang dia kumpulkan selama bertahun-tahun. Ulama itu berkata, "Tuhanku, ini buku-buku yang letih aku dibuatnya. Tuhanku, apakah semua jerih payah ini akan hilang begitu saja? Tuhanku, jagalah aku,".
Ketika hujan itu reda, Ishaq Al-Kusaj mulai mengecek kembali buku-bukunya. Dia tidak mendapatkan satu huruf pun yang basah terkena hujan tadi sebab Allah telah menjaganya sesuai doa yang beliau haturkan. Untuk itulah, Syekh Aidh berpesan agar umat Islam tidak melupakan ilmu-ilmu yang berserakan dan tetap terus mengkaji ilmu-ilmu Allah.