Kamis 10 Nov 2022 07:26 WIB

Antara Harta Nabi Sulaiman dan Qarun

Umat bisa mengambil hikmah dari kepemilikan harta Nabi Sulaiman dan Qarun.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Muhammad Hafil
 Antara Harta Nabi Sulaiman dan Qarun. Foto:  Al-Kheraibah, Harta Karun Arkeologi Arab Saudi
Foto: Arab News / Saudi Tourism
Antara Harta Nabi Sulaiman dan Qarun. Foto: Al-Kheraibah, Harta Karun Arkeologi Arab Saudi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Terdapat pelajaran yang dapat diambil oleh kaum muslim terkait dengan banyaknya harta yang dimiliki oleh Nabi Sulaiman dan Qarun. Dan manakah yang perlu diteladani?

"Salah satu tabiat dasar manusia adalah suka pujian. Sekalipun itu pujian palsu. Contohnya seorang nenek yang dipuji temannya bahwa semakin tua ia semakin cantik. Ia akan senang dan tersipu-sipu, sekalipun hati kecilnya menyadari bahwa itu adalah pujian palsu," kata Pengasuh pesantren Tunas Ilmu Purbalingga sekaligus dosen Sekolah Tinggi Dirasat Islamiyyah Imam Syafi'i Jember, Ustaz Abdullah Zaen Lc.,MA, dalam keterangan tertulisnya kepada Republika.

Baca Juga

"Nah, demi mendapatkan pujian tersebut, banyak cara dilakukan oleh manusia. Di antaranya adalah pamer. Yakni memamerkan kelebihan yang dimilikinya. Seperti harta, ilmu, nasab, jabatan dan lain-lain. Kali ini yang akan dibahas adalah pamer harta," lanjut Ustadz Abdullah.

Ustadz Abdullah mengatakan, sejak dahulu kala orang kaya sudah ada di muka bumi ini. Contohnya, Nabi Sulaiman ‘alaihissalam dengan bala tentara dan istananya yang legendaris. Selain itu juga Qarun sang triliuner yang hidupnya berakhir tragis.

"Kedua orang ini sama-sama super kaya. Yang membedakan antara keduanya adalah, Nabi Sulaiman namanya harum di dunia dan kelak di akhirat akan masuk surga. Sedangkan Qarun, di dunia, ia dan seluruh hartanya dibenamkan oleh Allah ke perut bumi dan kelak bakal dijebloskan ke neraka," kata Ustadz Abdullah.

Ustadz Abdullah menjelaskan, Nabi Sulaiman dengan penuh keyakinan menyatakan bahwa semua karunia yang dimilikinya itu dari Allah ta’ala semata. Kata beliau, “Ini adalah karunia dari Rabbku”. QS. An-Naml ayat 40.

Sementara Qarun, maka ia mengklaim bahwa kekayaannya itu semata-mata bersumber dari kecerdasannya dalam mengelola harta. Dia berkata, “Sesungguhnya harta ini kuperoleh semata-mata karena kepandaianku dalam berusaha”. QS. Al-Qashash ayat 78.

Nabi Sulaiman senantiasa bersyukur kepada Allah atas karunia tersebut (QS. An-Naml ayat 19). Sedangkan Qarun sebaliknya, ia kufur kepada Allah dan senantiasa memamerkan serta menyombongkan kekayaannya kepada khalayak. Sebagaimana yang diceritakan Allah dalam firman-Nya,

"فَخَرَجَ عَلَى قَوْمِهِ فِي زِينَتِهِ"

Artinya: “Ia keluar (dari rumahnya) mendatangi kaumnya dengan kemegahan (yang dipamerkannya)”. (QS. Al-Qashash ayat 79).

Para ahli tafsir menyebutkan bahwa saat keluar rumah, Qarun memamerkan pakaiannya yang mewah, kendaraannya yang megah, disertai puluhan ribu pengiring.

"Jadi, memamerkan harta entah itu di dunia nyata maupun di dunia maya (medsos) adalah virus jahat yang harus diwaspadai dan diobati. Sebab akibat buruknya akan dirasakan bukan hanya di dunia, namun juga kelak di akhirat. Di dunia akan memunculkan hasad atau iri dari orang lain, juga berpotensi terkena dampak buruk pandangan jahat ‘ain, serta menyakitkan hati orang-orang yang tak mampu. Adapun di akhirat terancam siksa neraka. Sebab kesombongan walaupun sebesar debu akan mengakibatkan seseorang gagal masuk surga. Sebagaimana disebutkan dalam HR. Muslim," papar Ustadz yang juga seorang pendakwah lulusan S2 jurusan Aqidah, Universitas Islam Madinah ini.

Ustadz Abdullah mengungkapkan, seluruh keterangan tersebut bukan berarti menyuruh orang-orang kaya berpenampilan lusuh dan kotor. Sebab Allah senang bila karunia nikmat-Nya nampak terlihat dari penampilan seseorang. Tentu dengan catatan tidak berlebihan dan tujuannya bukan untuk menyombongkan diri.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

«إِنَّ اللَّهَ يُحِبَّ أَنْ يَرَى أَثَرَ نِعْمَتِهِ عَلَى عَبْدِهِ»

“Sesungguhnya Allah suka manakala nikmat yang dikaruniakan pada hamba-Nya terlihat dari penampilannya”. HR. Tirmidziy (no. 2819) dan dinilai hasan oleh beliau.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement