Rabu 09 Nov 2022 17:13 WIB

Mengapa Allah SWT Utus Para Rasul dari Kalangan Manusia Bukan Malaikat?

Allah SWT mengutus para rasul dari kalangan malaikat karena sejumlah hikmah

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi Allah SWT. Allah SWT mengutus para rasul dari kalangan malaikat karena sejumlah hikmah
Foto: ANTARA FOTO/Jojon
Ilustrasi Allah SWT. Allah SWT mengutus para rasul dari kalangan malaikat karena sejumlah hikmah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Nabi Muhammad SAW merupakan suri teladan terbaik untuk seluruh manusia. Para ayah dan bunda dapat memetik banyak hikmah dan pelajaran dari cara Rasulullah SAW dalam menumbuhbesarkan anak-anak. 

Menurut Ustadz Direktur Pondok Pesantren Tahfidzul Quran (PPTQ) Ibnu Abbas Klaten, Dr Hakimuddin Salim Lc MA, metode itu disebut sebagai pengasuhan atau parenting Nabawi.

Baca Juga

“Bukan hanya seorang nabi, pemimpin politik, panglima perang, beliau juga adalah seorang suami, ayah, sekaligus kakek. Banyak sekali inspirasi kepengasuhan yang bisa kita ambil,” ujar dia.   

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda bahwa fitrah setiap anak adalah suci. Kedua orang tua mereka mengemban tanggung jawab dalam menjaga fitrah tersebut. Maka dari itu, keluarga mesti siap dan terus menempa diri dengan ilmu-ilmu parenting yang Islami.

Dosen Universitas Muhammadiyah Surakarta itu menyatakan, menjadi orang tua yang ideal berarti seperti yang dikehendaki Allah SWT dalam Alquran dan yang dicontohkan Rasulullah SAW. 

“Kunci utamanya adalah keteladanan. Ayah dan ibu harus bisa menjadi teladan yang baik bagi anak-anak mereka,” kata dia. 

Dia menegaskan, kesalehan pribadi mereka akan sangat berpengaruh pada kesalehan anak. Misalnya, buah hati dalam fase anak-anak (marhalah thufulah) atau fase imitasi. Mereka akan meniru apa pun yang orang tua ucapkan dan lakukan. “Sampai dikatakan, You are what you see,” papar dia. 

Karena pentingnya keteladanan dalam pendidikan, kata Ustadz Hakimuddin, Allah SWT mengutus para rasul dari kalangan manusia, bukan malaikat, misalnya. Itu agar mudah dicontoh oleh umat dalam praktik kehidupan sehari-hari. 

Menurut Ustadz Hakimuddin, Rasulullah SAW juga sangat komitmen dengan uslub qudwah hasanah. Mendidik dengan memberikan keteladanan yang baik.

Beliau tidak pernah memerintahkan sesuatu kepada para sahabat, kecuali beliau sendiri telah mengamalkannya terlebih dahulu. “Begitu pula, beliau tidak pernah melarang sesuatu, kecuali beliau sendiri telah menjauhinya,” kata dia. 

Dia mengatakan, beliau adalah qudwah (suri teladan) utama dalam parenting. Bukan hanya seorang nabi, pemimpin politik, panglima perang, beliau juga adalah seorang suami, ayah, sekaligus kakek.

Banyak sekali inspirasi kepengasuhan yang bisa kita ambil. Di antaranya adalah riwayat. Rasulullah SAW bersabda, Setiap anak lahir dalam keadaan suci. Kedua orang tuanyalah yang membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi. 

Setidaknya ada tiga inspirasi dari hadis di atas. Pertama, semua anak lahir dalam fitrah, keadaan bertauhid, suci dari segala dosa. Semua manusia sudah pernah bersyahadat kepada Allah SWT di alam ruh sebelum dilahirkan ke dunia.

Kedua, bahwa yang paling bertanggung jawab untuk menjaga fitrah tersebut adalah orang tuanya. Merekalah yang berperan utama mempertahankan kesucian itu atau justru menyimpangkannya kepada ideologi lain. 

Ketiga, yang disebut dalam hadis itu adalah abawaahu, kedua orang tua, bukan hanya salah satunya. Ini menunjukkan harus ada kerja sama antara ayah dan ibu dalam upaya mendidik anak, menjaga mereka tetap di atas fitrah.

Jika seorang ibu sering disebut sebagai sekolah pertama (madrasah ula), ayah mesti berperan kepala sekolah (raisul madrasah).   

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement