REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fenomena alam berupa gerhana bulan akan terjadi pada Selasa (8/11/2022). Kejadian ini dijelaskan Islam sebagai tanda-tanda kebesaran Allah SWT dan anjuran amalan sholat khusuf atau gerhana bulan saat peristiwa tersebut.
Dalam sebuah hadist, Nabi Muhammad SAW bersabda:
إن الشمس والقمر لا يخسفان لموت أحد ولا لحياته، ولكنهما آيتان من آيات الله فإذا رأيتموهما فصلوا
Artinya: "Sesungguhnya gerhana matahari dan bulan terjadi bukanlah disebabkan oleh kematian atau kelahiran seseorang, namun keduanya merupakan dua tanda dari tanda-tanda kekuasaan Allah. Apabila kalian melihatnya, maka sholatlah!.” (HR. Bukhari).
Tata cara pelaksanaan sholat gerhana bulan
Dilansir dari Elbalad, sholat gerhana dilakukan dengan dua rakaat. Dalam setiap rakaat ada dua gerakan berdiri, dua bacaan Al Fatihah, dua bacaan surat Alquran, dua rukuk dan dua sujud.
Secara detail, pelaksanaan sholat gerhana bulan dilakukan dengan cara berikut:
- Niat
- Takbiratul ihram dan doa Iftitah
- Membaca Al-Fatihah, lalu membaca surat yang dianjurkan panjang seperti bagian surat Al Baqarah
- Ruku'
- Bangkit dari rukuknya, tapi kemudian membaca Al Fatihah dan surat Alquran lain seperti bagian surat Ali Imran
- Ruku'
- Bangkit dari ruku dan membaca bacaan i'tidal
- Sujud, duduk di antara dua sujud dan sujud kembali
- Bangkit dari sujud, kemudian melakukan gerakan serupa seperti pada rakaat pertama lalu tasyahud dan salam
Surat apa yang dibaca saat gerhana bulan?
Dianjurkan untuk membaca surat Alquran setelah Al Fatihah dengan surat yang panjang seperti Al Baqarah atau ayat lain.
Bacaan surat dibaca jahr (jelas) atau sirr (lirih)?
Terkait ini, ada pendapat yang mejelaskan bahwa seorang harus melafalkan dengan keras atau jahr selama gerhana bulan, karena itu seperti sholat malam. Sementara untuk sholat gerhana matahari tidak dibacakan dengan keras, seperti sholat siang lain. Namun pendapat lain menyebut bacaan surat di dua gerhana berlaku sama, yakni dibaca jahr.