Sabtu 05 Nov 2022 10:39 WIB

Mimpi Adzan, Apa Tabirnya?

Tabir mimpi akan bergantung pada orangnya.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Muhammad Hafil
Mimpi Adzan, Apa Tabirnya? Foto:  Tidur siang (ilustrasi). Tidur siang secara teratur bisa menjadi salah satu cara untuk menjaga kesehatan mental.
Foto: www.freepik.com
Mimpi Adzan, Apa Tabirnya? Foto: Tidur siang (ilustrasi). Tidur siang secara teratur bisa menjadi salah satu cara untuk menjaga kesehatan mental.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Seseorang memiliki mimpi yang berbeda-beda, dan bagaimana jika seorang muslim bermimpi adzan, apa tabirnya? Disebutkan bahwa tabir mimpi akan bergantung pada orangnya.

Dikutip dari Buku Aneh dan Lucu, 100 Kisah Menarik Penuh Ibrah karya Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar as-Sidawi, Imam Ibnu Sirin adalah seorang ulama yang terkenal sangat ahli dalam bidang ta’bir mimpi. Namun perlu diperhatikan bahwa menta’birkan mimpi sesuai dengan keadaan orang yang mimpi.

Baca Juga

Bisa jadi beberapa orang mimpi yang sama tetapi ta’birnya berbeda karena perbedaan keadaannya.

Diceritakan bahwa ada dua orang datang kepada Ibnu Sirin seraya menceritakan bahwa keduanya telah berimimpi adzan, lalu Ibnu Sirin menta’birkan kepada salah satunya bahwa dia akan berangkat haji dan kepada salah satunya lagi bahwa dia telah mencuri.

Orang-orang bertanya: Bagaimana engkau membedakan antara keduanya padahal mimpinya sama?! Dia menjawab: Adapun yang pertama, saya melihat padanya tanda-tanda orang shalih maka saya menta’wilkannya dengan ayat:

وَاَذِّنْ فِى النَّاسِ بِالْحَجِّ

Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji. (QS. Al-Hajj: 27)

Adapun orang kedua, saya tidak mendapatkan padanya tanda-tanda keshalihan, maka saya mentakwilkannya dengan firman Allah:

ثُمَّ اَذَّنَ مُؤَذِّنٌ اَيَّتُهَا الْعِيْرُ اِنَّكُمْ لَسَارِقُوْنَ

Kemudian berteriaklah seseorang yang menyerukan: “Hai kafilah, Sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang mencuri”. (QS. Yusuf: 70)

Dalam kisah ini terdapat bantahan terhadap orang yang menta'birkan mimpi secara langsung tanpa melihat kepada keadaan orangnya terlebih dahulu. (Al-Qowa’idul Hisan fi Ta’wil Ru’a)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement