REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Pendiri Dinasti Ayyubiyah, Sultan Shalahuddin Al Ayyubi, wafat pada 4 Maret 1193 akibat sakit.
Pada hari ketika dirinya berpulang ke rahmatullah, hartanya yang tersisa hanyalah seperangkat baju perang, seekor kuda, serta uang satu dinar plus 36 dirham.
Sebagai pemimpin umat, raja Dinasti Ayyubiyah itu menyibukkan diri dalam berjihad, tidak hanya di medan pertempuran untuk menghalau para musuh Islam. Ia pun berjuang untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Misalnya, dengan cara membangun rumah-rumah sakit, sekolah-sekolah, serta masjid masjid di seluruh daerah kekuasaannya.
Tokoh Sunni berdarah Kurdi itu juga membangkitkan perekonomian negerinya. Ia mendorong geliat aktivitas perdagangan di kotakota pesisir Laut Tengah dan Laut Merah yang dikuasainya. Sistem pajak direformasinya. Begitu pula dengan sistem moneter dan kas negara (baitul maal).
Tentunya, jasa terbesar Sultan Shalahuddin ialah membebaskan Masjid Al Aqsa. Begitu berhasil mengusir kaum Salibis, ia segera memerintahkan pemugaran kota suci itu. Baitul Makdis dan Kubah Batu dibersihkannya dari simbolsimbol yang menyalahi tauhid.
Kompleks rumah ibadah itu diperluasnya, serta memperindah nya dengan berbagai ornamen ka li grafi. Ia juga membuat mimbar yang lantas dikenal sebagai Mim bar Saladin di sana. Artefak yang tak ternilai itu sempat bertahan selama ratusan tahun sebelum dijarah seorang Zionis pada 1972.
Seperti halnya dinasti-dinasti Islam pada kurun abad ke11 dan 12, Ayyubiyah pun terguncang begitu ditinggal wafat pemimpin besar. Sepeninggalan Shalahud din, perebutan kekuasaan terjadi di antara para elite. Putra ketiga sang almarhum, al-Malik az-Zahir, berhasil merebut Halab (Aleppo) dari pamannya, al-Malik al-Adil.
Sementara itu, saudaranya yang bernama al-Aziz Utsman mengonsolidasi kekuatan di Kairo. Adapun si anak sulung, al-Afdhal, menguasai Damaskus dan sebagian besar Palestina.
Pada akhirnya al-Adil tampil mengatasi para pesaingnya. Sesudah itu, al-Kamil Nashruddin Abu al-Ma'ali Muhammad naik takhta. Pada masanya, Perang Salib V terjadi, yakni antara 1217 dan 1221. Pertempuran itu dimenangkan pasukan Muslimin yang berhasil mendesak Salibis hingga ke luar Mesir.