Kamis 03 Nov 2022 05:56 WIB

Kewajiban Menjaga Pandangan Menurut Imam Al-Ghazali 

Imam Al-Ghazali menjelaskan soal menjaga pandangan.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Hafil
 Kewajiban Menjaga Pandangan Menurut Imam Al-Ghazali. Foto: Teladan Imam Ghazali dalam tradisi ilmiah (ilustrasi), ilustrasi ulama
Foto: republika
Kewajiban Menjaga Pandangan Menurut Imam Al-Ghazali. Foto: Teladan Imam Ghazali dalam tradisi ilmiah (ilustrasi), ilustrasi ulama

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Wajib bagi setiap umat Islam menjaga pandangannya (matanya) dalam kesehariannya. Jika tidak dijaga mata akan menyebabkan mala petaka dan bencana bagi pemiliknya.

"Karena mata menjadi sebab segala musibah dan bencana," tulis Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Minhajul Abidin.

Baca Juga

Sang Hujatullah Islam ini mengaku telah merenungkan surah An-Nur ayat 30 yang artinya. Sehingga sampai pada pendapat di atas, jika tidak bisa menahan diri dari pandangan maka akan celaka. 

"Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat."

"Ketahuilah sungguh aku telah merenungkan ayat ini," katanya.

Imam Al-Ghazali menegaskan, meskipun ayat ini singkat ternyata mengandung tiga makna yang agung yaitu pengajaran tentang adab (ta'dib) peringatan (tanbih), dan ancaman (tahdid). Adapun pelajaran adab adalah Firman Allah yang artinya. 

"Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, "Hendaklah mereka menahan pandangannya." 

Bagi seorang hamba wajib tunduk dan menuruti perintah tuannya dan beradab dengan adab tuannya, jika tidak berarti buruk akhlaknya. Maka terhalang baginya tidak diizinkan hadir ke ruangannya dan muncul di hadapannya. 

"Pahamilah hal ini dan renungkanlah apa yang ada di dalamnya," katanya.

Adapun peringatan (tanbih) Firman Allah yang artinya. "Yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka." Kalaimat ini memiliki dua makna, pertama hal itu lebih suci untuk hati mereka. Kedua hal itu akan lebih menumbuhkan kebaikan buat mereka.

Makna zakat pada dasarnya adalah tumbuh, maka Allah mengingatkan bahwa di dalam menundukkan pandangan dapat mensucikan hati, memperbanyak ketaatan dan kebaikan. "Yang demikian itu jika kamu tidak menundukkan pandangan lalu kamu mengendorkan kekangnya kamu pasti akan melihat sesuatu yang tidak ada manfaat bagimu," katanya.

Maka tidak akan bisa dihindari pandanganmu akan jatuh pada sesuatu yang haram. Dan jika sengaja tidak menjaga pandangannya maka itu dosa besar dan bahkan bisa jadi hati akan tergantung dengannya. 

"Maka rusaklah hati itu jika Allah tidak merahmatinya," katanya.

Telah diriwayatkan, ada seorang hamba memandang dengan sekali pandangan lalu hatinya jadi lupa. Sehingga tidak bisa dimanfaatkan selamanya. Dan seandainya hal itu adalah mubah, maka hatimu akan sibuk dengannya lalu akhirnya muncul lah gangguan dan bisikan-bisikan. 

"Atau mungkin kamu tidak sampai ke sana tetapi hatimu tetap sibuk terputus dari kebaikan. Dan jika kamu tidak melihat hal itu semua maka akan bisa istirahat tenang terhindar dari itu semua," katanya.

Masih teringat dengan hal ini, Nabi Isa AS mengingatkan, "Hati-hatilah kamu dengan pandangan, sesungguhnya ia menanamkan syahwat di hati. Cukuplah syahwat itu sebagai fitnah bagi pelakunya." 

Nabi Yunus mengatakan, "Penghalang syahwat adalah menundukkan mata." 

Oleh karena itu, meskipun kita telah menundukkan pandangan dan menjaga mata, tetap jangan memandang sesuatu yang tidak tidak ada manfaatnya dan sesuatu yang membuat kamu gelisah. Maka maka akan menjadi orang yang bersih hati, lapang hati, bisa tenang terbebas dari banyak gangguan hati yang selamat dari berbagai bencana dan bertambah kebaikannya. 

Adapun berupa ancaman (tahdid) Firman Allah yang artinya. "Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. "Dan di surah lain Al Mu'min ayat 19 Allah berfirman. 

"Dia mengetahui pandangan mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati." Maka cukuplah ini sebagai peringatan bagi orang yang takut kepada Allah. Inilah pokok yang pertama dalam kitab Allah Azza wa Jalla. 

 

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement