REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lima hari sebelum wafat, suhu badan Nabi Muhammad kian meninggi sehingga semakin demam dan menggigil. Lalu Nabi SAW meminta untuk diguyurkan air ke tubuhnya supaya bisa menemui banyak orang untuk memberi pesan.
Dalam kitab Sirah Nabawiyah karangan Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, yang diterjemahkan Kathur Suhardi terbitan Pustaka Al-Kautsar disebutkan, setelah merasa agak membaik, Nabi Muhammad masuk masjid dengan kepala yang diikat, duduk di mimbar, kemudian menyampaikan pesannya.
Beliau SAW bersabda, "Kutukan Allah SWT dijatuhkan kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani karena mereka menjadikan kuburan nabi mereka sebagai masjid." Kemudian Nabi SAW menyampaikan kembali pesannya, "Janganlah kalian menjadikan kuburanku sebagai berhala yang disembah."
Setelah itu Nabi Muhammad SAW menawarkan diri terkait qishash. Beliau SAW bersabda, "Siapa yang punggungnya pernah kupukul, maka inilah punggungku. Silahkan membalasnya. Siapa yang merasa kehormatannya pernah kulecehkan maka inilah kehormatanku, silakan membalas."
Seusai menyampaikan hal tersebut, Nabi SAW turun dari mimbar kemudian melakukan sholat Dzuhur. Sesudah menyelesaikan sholat, Nabi SAW kembali naik ke mimbar dan menyampaikan hal lain.
Saat itulah ada orang yang berkata kepada Rasulullah, "Sungguh engkau punya tanggungan 3 dirham kepadaku." Lantas beliau SAW bersabda, "Berikan kepadanya, wahai Fadhl (Al-Fadhl bin Abbas)."
Rasulullah SAW juga memberi pesan terkait dengan kaum Anshar. Dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa Nabi SAW bersabda:
"Manusia akan semakin bertambah banyak dan orang-orang Anshar semakin sedikit. Pada akhirnya, orang-orang Anshar seperti garam dalam makanan. Siapa di antara kalian yang menangani suatu urusan yang bisa membahayakan dan bermanfaat bagi seseorang, hendaklah mau menerima orang yang baik di antara mereka dan memaafkan orang yang buruk di antara mereka."
Dalam menyampaikan nasihat itu, Rasulullah SAW berkata kembali, "Sesungguhnya ada seorang hamba yang diberi pilihan oleh Allah antara diberi kewenangan dunia menurut kehendaknya atau apa yang ada di sisi-Nya, dan hamba itu memilih apa yang ada di sisi-Nya."
Mendengar hal tersebut, sebagaimana dituturkan Abu Said Al-Khudri, Abu Bakar menangis sembari berkata, "Demi ayah dan ibu kami sebagai tebusanmu." Hamba yang dimaksud tentu saja adalah Nabi Muhammad, yang memilih untuk berada di sisi-Nya ketimbang kemewahan dunia.