Kamis 27 Oct 2022 12:17 WIB

Kementan Dorong Petani Pakai Pupuk Organik Alternatif Pupuk Mahal

Penggunaan pupuk organik berimbang jadi langkah penting hasilkan padi berkualitas

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Gita Amanda
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo saat memberikan arahan dalam Training of Trainer Solsusi Pupuk Mahal di BBPKH Cinagara, Kabupaten Bogor, Rabu (26/10/2022). TOT tersebut dihadiri 7.680 peserta baik widyaiswara, dosen, guru, dan penyuluh pertanian.
Foto: Dok BPPSDMP Kementan
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo saat memberikan arahan dalam Training of Trainer Solsusi Pupuk Mahal di BBPKH Cinagara, Kabupaten Bogor, Rabu (26/10/2022). TOT tersebut dihadiri 7.680 peserta baik widyaiswara, dosen, guru, dan penyuluh pertanian.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) terus mendorong para petani untuk meningkatkan produktivitas produksi beras. Salah satunya dengan menggencarkan penggunaan pupuk organik secara berimbang sebagai alternatif di tengah mahalnya harga pupuk kimia saat ini.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) mengatakan, alternatif pupuk organik secara berimbang menjadi langkah penting untuk menghasilkan padi yang berkualitas.

Baca Juga

"Pertanian adalah sektor kunci yang bisa memperkuat ekonomi. Karena itu, diperlukan pendekatan baru dalam meningkatkan produktivitas. Caranya adalah memperkuat networking dan mengembangkan pupuk organik sebagai penyubur tanaman," kata Syahrul, Kamis (27/10/2022).

Adapun untuk mendorong petani agar mau menggunakan pupuk organik, Kementan telah menyiapkan sejumlah langkah. Pertama memperkuat edukasi dan pelatihan. Kedua, membuat manajemen sistem yang akan menjadi acuan petani dalam penggunaan pupuk organik. Ketiga, mengubah pola pikir dari para pelaku pertanian untuk berubah dengan kondisi yang ada.

Menurut Syahrul, sektor pertanian sudah sejak lama menjadi bantalan ekonomi nasional. Pertanian juga terbukti menjadi sektor pembuka lapangan kerja hingga berjuta-juta. Karena itu, generasi yang ada saat ini harus memperkuatnya dengan bekerja lebih keras lagi.

"Pertanian itu harus kita jaga bersama. Dan kita yang menjadi pejabat jangan sampai salah maintenance. Yang paling penting, kita jangan menjadi orang yang menghilangkan nilai-nilai kebangsaan," katanya.

Sementara itu, Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi mengatakan, salah satu yang harus dilakukan bersama adalah melakukan pemupukan berimbang. Sistem tersebut sangat penting untuk mendukung tumbuh kembangnya sebuah tanaman. Namun, kata dia, pemupukan juga tidak boleh berlebih karena bisa mengakibatkan erosi dan gagal tanam.

"Pemupukan tidak boleh berlebih. Kalau pupuk urea berlebih dia memasamkan tanah dan berbahaya. Akibatnya gampang tererosi dan cepat jenuh airnya. Disitulah bisa mengakibatkan gagal tanam," ujarnya.

Ia memaparkan, pupuk setidaknya berkontribusi antara 15 persen hingga 75 persen terhadap produktivitas tanaman. Karena itu diperlukan keberimbangan baik urea maupun dengan proses perawatan.

Salah satunya dengan mengatur aliran air. Air sangat diperlukan pada sawah yang baru proses tanam. Namun pengairan tidak boleh berlebih karena dapat merusak akar tanaman.

"Air adalah infiltrasi, dengan kita belokan airnya ke lahan pertanian untuk irigasi maka dengan sendirinya akan menghasilkan karbohidrat dalam bentuk beras. Disitulah pentingnya kita membuat sumur resapan sebanyak banyaknya," katanya.

Sebagaimana diketahui, pemerintah telah menyediakan pupuk subsidi dengan kapasitas 9 juta ton. Para petani bisa mendapatakan pupuk tersebut melalui sistem e-RDKK. Sistem itulah yang akan mendata siapa saja para petani yang berhak menerima pupuk.

Di samping itu, pemerintah juga mendorong para petani untuk membuat pupuk organik yang bisa dilakukan menggunakan bahan alami seperti jerami dan kotoran hewan ternak. Petani bahkan bisa membuat sertifikasi untuk pembuatan pupuk organik berbasis bisnis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement