Selasa 25 Oct 2022 15:18 WIB

Mengapa Islam Ajarkan untuk Sering Berikan Anak Hadiah?

Islam mengajarkan agar gemar berikan hadiah ke anak untuk memotivasi

Rep: Rossi Handayani/ Red: Nashih Nashrullah
Hadiah (ilustrasi). Islam mengajarkan agar gemar berikan hadiah ke anak untuk memotivasi
Foto: Republika/Thoudy Badai
Hadiah (ilustrasi). Islam mengajarkan agar gemar berikan hadiah ke anak untuk memotivasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Bukan hanya anak kecil, melainkan orang dewasa juga merasa senang apabila diberi hadiah. Hal ini karena memang tabiat manusia akan menyukai orang yang berbuat baik padanya.  

Karena itu, menurut pengasuh pesantren Tunas Ilmu Purbalingga sekaligus dosen Sekolah Tinggi Dirasat Islamiyyah Imam Syafi'i Jember, Ustaz Abdullah Zaen Lc MA, seharusnya orang tua pandai memanfaatkan fitrah yang ditanamkan Allah SWT dalam jiwa manusia ini. Yakni dengan rajin memberikan hadiah pada anak sehingga anak semakin sayang kepada ayah dan ibunya. 

Baca Juga

“Manakala kedekatan hubungan ini terbangun, insya Allah anak akan lebih mudah untuk menerima arahan dan nasehat orang tuanya," kata Ustadz Abdullah dalam keterangan tertulisnya kepada Republika.co.id, Selasa (25/10/2022).

"Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sangat memahami karakter dasar ini sehingga beliau kerap berbagi hadiah. Bukan hanya kepada anak-anak kecil, bahkan kepada orang dewasa. Beliau menjadikan hadiah tersebut sebagai sarana dakwah dan pendekatan," lanjut Ustadz Abdullah.

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menuturkan, “Saat pohon pertama kali berbuah, masyarakat biasanya membawa buah tersebut kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliaupun menerimanya lantas berdoa:

اللهُمَّ ‌بَارِكْ ‌لَنَا ‌فِي ‌ثَمَرِنَا، وَبَارِكْ لَنَا فِي مَدِينَتِنَا، وَبَارِكْ لَنَا فِي صَاعِنَا، وَبَارِكْ لَنَا فِي مُدِّنَا. اللهُمَّ إِنَّ إِبْرَاهِيمَ عَبْدُكَ وَخَلِيلُكَ وَنَبِيُّكَ، وَإِنِّي عَبْدُكَ وَنَبِيُّكَ، وَإِنَّهُ دَعَاكَ لِمَكَّةَ، وَإِنِّي أَدْعُوكَ لِلْمَدِينَةِ بِمِثْلِ مَا دَعَاكَ لِمَكَّةَ، وَمِثْلِهِ مَعَهُ 

“Ya Allah berkahilah buah kami, berkahilah kota kami, berkahilah ukuran timbangan kami. Ya Allah, sungguh Ibrahim adalah hamba-Mu, kekasih-Mu dan nabi-Mu. Sungguh akupun juga hamba-Mu dan nabi-Mu. Ibrahim telah berdoa kepada-Mu untuk kebaikan Mekah. Maka akupun berdoa kepada-Mu untuk kebaikan Madinah seperti doa Ibrahim dan lipat gandakanlah kebaikannya.” 

Lalu beliau memanggil anak terkecil yang hadir di situ, dan menghadiahkan buah tersebut kepadanya.“ (HR Muslim no  1373).

Ustadz Abdullah menjelaskan, ada beberapa kemungkinan alasan dipilihnya anak kecil untuk dihadiahi buah pertama itu. Itu dapat karena anak kecil biasanya tidak sabar dan paling menginginkannya, sehingga diberikanlah buah itu untuknya supaya merasa senang. 

Atau kemungkinan lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bermaksud membangun optimisme dalam jiwa masyarakat. Bahwa pohon-pohon tersebut akan berkembang, seperti tumbuh kembangnya anak-anak kecil. Begitu keterangan al-Qadhi ‘Iyadh rahimahullah.

"Hadits di atas menarik sekali untuk dikupas dan dikaji. Barangkali menurut sebagian kita, memberikan sebutir buah kepada anak kecil terlihat remeh. Sebab pohon buah-buahan banyak di sekeliling kita. Namun apa yang sepele di mata kita, belum tentu sepele di mata anak. Apalagi jika kita memberikannya dengan ketulusan dan kasih sayang. Jadi, hadiah itu tidak harus dalam bentuk barang mewah dan mahal. Apalagi jika memang ekonomi pas-pasan. Yang terpenting adalah ekspresi kasih sayangnya, bukan nominalnya," kata Ustadz Abdullah.

Ustadz Abdullah mengatakan, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kerap menjadikan hadiah sebagai sarana dakwah. Orang-orang non Muslim digelontori hadiah agar mereka tertarik dengan Islam. Maka umat berhak meneladani pola tersebut dalam mendidik putra putrinya. 

Baca juga: Pengakuan Mengharukan di Balik Islamnya Sang Diva Tere di Usia Dewasa

Menurut dia, kesadaran tentang pentingnya menghafal Alquran misalnya, tidak serta merta muncul dalam hati. Namun butuh proses dalam menumbuhkannya. Selain rutin menyampaikan dalil-dalil terkait hal itu pada anak, tidak masalah menggunakan pola pendekatan dengan hadiah.

"Anak dijanjikan hadiah sesuatu yang disukainya, bila ia selesai menghafal satu surat Alquran. Besoknya begitu lagi, dilakukan hal serupa. Tentunya perlu dicarikan titik temu antara keinginan anak dengan kemampuan finansial orang tua," papar Ustadz.

"Terakhir, hadiah tidak selalu berupa materi. Hal-hal non materi pun bisa dijadikan hadiah. Seperti apresiasi berupa pujian, kecupan kasih sayang, pelukan hangat, secarik kertas berisikan ungkapan penghargaan, dan yang semisal dengan itu. Akan lebih baik lagi, bila orang tua menggabungkan antara hadiah yang bersifat materi dan non materi," lanjut Ustadz Abdullah.   

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement