REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gibah merupakan salah satu dosa besar dalam Islam. Gibah bertujuan menceritakan kekurangan orang lain sehingga tersebar luas.
Orang yang menggibah tidak akan diampuni Allah SWT sampai dia meminta maaf kepada orang yang digibahinya dan meminta keridhaannya. Karena itu orang yang suka menggibah akan menjadi penghuni neraka. Sebagaimana firman Allah SWT.
إِنَّ الَّذِينَ يُحِبُّونَ أَنْ تَشِيعَ الْفَاحِشَةُ فِي الَّذِينَ آمَنُوا لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ۚ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui. (Alquran surat An Nur ayat 19).
Ketua umum Rabithah Alawiyyah yang juga pengasuh Pondok Pesantren Sunniyah Salafiyah Pasuruan, Habib Taufiq bin Abdul Qodir Assegaf saat mengisi kajian Kitab Ihya Ulumuddin yang disiarkan melalui kanal resmi YouTube Sunsal Media beberapa waktu lalu menjelaskan tentang macam-macam bentuk gibah yang harus dijauhi oleh setiap Muslim.
Pertama, gibah dengan lisan yaitu menceritakan kekurangan atau aib orang lain sehingga diketahui orang banyak. Dampak gibah dengan lisan sangat berbahaya sebab bisa memprovokasi orang lain sehingga tidak menyukai atau membenci seseorang.
Kedua, gibah dengan tulisan. Menceritakan aib orang lain dengan tulisan merupakan gibah. Menurut Habib Taufiq gibah melalui tulisan bahkan bisa lebih berbahaya dari gibah lisan sebab gibah melalui tulisan akan bisa tersebar lebih luas.
"Gibah tidak harus dilakukan dengan lafaz dengan mulut. Gibah bisa juga dalam bentuk tulisan. Lewat medsos menceritakan aib orang lain. Tulisan itu lebih berbahaya karena bisa turun-temurun," kata Habib Taufiq Assegaf.