REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ulama asal Turki Badiuzzaman Said Nursi menjelaskan bahwa sesungguhnya musibah dan bencana yang hakiki dan dianggap sangat berbahaya adalah yang menyerang agama. Apabila kondisi tersebut yang terjadi, maka manusia harus segera berlindung kepada Allah dan bersimpuh di hadapan-Nya.
"Adapun musibah yang tidak menyerang agama, pada hakikatnya bukanlah musibah. Sebab, musibah jenis ini memiliki beberapa makna," kata Said Nursi dalam bukunya yang berjudul al-Lama'at.
Pertama, yaitu musibah sebagai peringatan (teguran penuh kasih) yang Allah tujukan kepada hamba-Nya yang lalai. Ia sama seperti peringatan seorang penggembala kepada kambing gembalaannya ketika melewati batas penggembalaan dengan melemparkan bebatuan.
Sehingga, lanjut dia, kambing tersebut menyadari penggembalanya memberikan peringatan untuk menghindari perkara yang berbahaya dengan lemparan batu, dan akhirnya kembali masuk ke daerah penggembalaannya dengan ridha dan perasaan tenang.
"Demikian halnya dengan musibah, sesungguhnya sebagian besar dari musibah itu sendiri adalah peringatan Ilahi dan teguran penuh kasih untuk manusia," ucap dia.
Kedua, musibah sebagai penebus dosa. Sedangkan yang ketiga adalah musibah sebagai anugerah ilahi untuk memberikan ketenangan kepada manusia dengan cara membendung kelalaian, serta memberitahukan ketidakberdayaan dan kefakirannya yang tertanam dalam fitrahnya.
"Adapun musibah yang diderita oleh manusia saat sakit— sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya—sudah dapat dipastikan bahwa ia bukanlah musibah yang sesungguhnya, akan tetapi kelembutan rabbani karena ia membebaskan manusia dari dosa dan kesalahan," jelas Nursi.