Ahad 25 Sep 2022 00:45 WIB

Nasihat Ibnu al-Jauzy tentang Jabatan Kekuasaan

Hal yang paling berbahaya adalah penyalahgunaan kekuasaan.

Rep: Muhyiddin/ Red: Ani Nursalikah
Tersangka Hakim Agung Sudrajad Dimyati mengenakan rompi tahanan saat dihadirkan dalam konferensi pers penahanan tersangka di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, Sabtu (24/9/2022). Dalam konferensi pers tersebut, KPK resmi menahan Hakim Agung Sudrajad Dimyati sebagai tersangka kasus dugaan suap pengurusan perkara di Mahkamah Agung. Dimyati bersama sembilan orang lainnya yang terdiri dari PNS Mahkamah Agung, pengacara dan pihak swasta menjadi tersangka dalam kasus suap pengurusan kasasi pailit Kopersi Simpan Pinjam Intidana. Kasus ini terbongkar lewat operasi tangkap tangan (OTT) yang digelar pada Rabu dan Kamis kemarin. Nasihat Ibnu al-Jauzy tentang Jabatan Kekuasaan
Foto: Republika/Thoudy Badai
Tersangka Hakim Agung Sudrajad Dimyati mengenakan rompi tahanan saat dihadirkan dalam konferensi pers penahanan tersangka di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, Sabtu (24/9/2022). Dalam konferensi pers tersebut, KPK resmi menahan Hakim Agung Sudrajad Dimyati sebagai tersangka kasus dugaan suap pengurusan perkara di Mahkamah Agung. Dimyati bersama sembilan orang lainnya yang terdiri dari PNS Mahkamah Agung, pengacara dan pihak swasta menjadi tersangka dalam kasus suap pengurusan kasasi pailit Kopersi Simpan Pinjam Intidana. Kasus ini terbongkar lewat operasi tangkap tangan (OTT) yang digelar pada Rabu dan Kamis kemarin. Nasihat Ibnu al-Jauzy tentang Jabatan Kekuasaan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ulama besar yang lahir di Baghdad, Ibnu al-Jauzy memberikan nasihat kepada umat Islam dan para pemimpin tentang kekuasaan. Ibnu al-Jauzy mengingatkan agar selalu mewaspadai jabatan kekuasaan. 

Dalam kitabnya berjudul Al-Thibb al-Ruhani yang dialihbahasakan Mirqat Publishing dengan judul “Mengobati Jiwa yang Lelah”, Ibnu al-Jauzy menyampaikan bahwa seseorang senantiasa mencintai kemuliaan dan keluhuran melebihi orang lain, sehingga ia senantiasa memilih kepemimpinan dan kekuasaan karena dengan kekuasaan ia memiliki kemampuan untuk memerintah dan mencegah.

Baca Juga

"Memang memiliki kekuasaan adalah suatu tuntutan, namun walau bagaimanapun didalamnya terdapat marabahaya. Paling tidak, sang penguasa bisa lengser dari kekuasaannya, dan yang paling berbahaya adalah penyalahgunaan kekuasaan itu sendiri," jelas Ibnu al-Jauzy.

Menurut dia, yang patut disadari oleh manusia yang mencintai kekuasaan adalah bahwa ia hanya akan mengkhayalkan kekuasaan itu sebagai suatu yang agung selama ia belum sukses meraihnya. Namun apabila kekuasaan itu telah dapat diraih, niscaya ia akan merasakannya sebagai suatu yang biasa-biasa saja, sehingga ia akan menginginkan kedudukan yang lebih tinggi dari pada sebelumnya, dan seterusnya.

"Ingat bahwa kenikmatan akan menghilang, sedangkan dosa dan bahaya yang mengancam jiwa dan agama-agama akan senantiasa ada. Berpikir mengenai hal ini adalah adalah obat dalam upaya mengendalikan ambisi kekuasaan," kata Ibnu al-Jauzy.

Rasulullah SAW bersabda,

مَا مِنْ رَجُلٍ يَلِي أَمْرَ عَشَرَةٍ فَمَا فَوْقَ ذَلِكَ إِلَّا أَتَى اللهَ مَغْلُولًا، يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَدُهُ إِلَى عُنُقِهِ فَكَّهُ بِرُّهُ أَوْ أَوْبَقَهُ إِثْمُهُ أَوَّلُهَا مَلَامَةٌ، وَأَوْسَطُهَا نَدَامَةٌ وَآخِرُهَا خِزْيٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

"Tidak ada satupun dari seorang lelaki yang memimpin sepuluh orang atau lebih kecuali ia datang kepada Allah di hari kiamat dengan keadaan tangannya terbelenggu di leher. Kebaikannyalah yang dapat melepas belenggu itu, dan dosanyalah yang membinasakannya. Awalnya kepemimpinan adalah hinaan, tengahnya adalah penyesalan, dan akhirnya adalah kehinaan di hari kiamat." (HR Ahmad : 22300)

Dalam sebuah hadis marfu' yang diriwayatkan dari Abu Hurairah Ra, Nabi SAW bersabda:

"Celakalah para pemimpin, celakalah para urafa', celakalah orang-orang yang mendapat kepercayaan. pada hari kiamat manusia sungguh sangat menginginkan agar mereka digantung dengan jalinan rambut mereka pada tsuraya (bintang kartika) sehingga berayun di antara langit dan bumi tanpa berbuat apa-apa".

Dalam hadits yang diriwayatkan Abi Dzarr, ia berkata:

"Saya bertanya: Ya Rasulallah, apakah engkau tidak mengangkatku sebagai pengawal? Abi Dzarr berkata: kemudian Rasulallah bersabda: "Wahai Abu Dzarr, sesungguhnya kamu itu lemah, sedangkan jabatan amanah. Pada hari kiamat nanti jabatan itu kehinaan dan penyesalan, kecuali orang yang menerima jabatan dengan haknya dan melaksanakan tugas dengan amanah."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement