Jumat 23 Sep 2022 15:28 WIB

Pemerintah Pantau Harga Komoditas untuk Mitigasi Inflasi Tinggi

Harga beras perlu mendapat perhatian khusus karena masih dalam tren meningkat.

Pedagang menjual sayuran di pasar tradisional (ilustrasi).
Foto: EPA-EFE/HOTLI SIMANJUNTAK
Pedagang menjual sayuran di pasar tradisional (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah memantau pergerakan harga komoditas pascakenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dalam rangka memitigasi potensi kenaikan inflasi yang tinggi. "Kami terus memonitor pergerakan harga komoditas pangan agar dapat segera melakukan antisipasi apabila terjadi lonjakan harga," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto di Jakarta, Jumat (23/9/2022).

Setelah kenaikan harga BBM pada awal September ini, sejumlah komoditas pangan seperti cabai dan bawang merah mengalami kenaikan harga walaupun pergerakannya cenderung menurun dan stabil. Sementara itu harga komoditas yang perlu mendapat perhatian khusus adalah beras karena masih dalam tren meningkat.

Baca Juga

Pemerintah melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) akan terus memperkuat koordinasi maupun sinergi program kebijakan untuk stabilisasi harga terutama pasca penyesuaian BBM. "Juga akan diperkuat sinergi TPIP-TPID melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) untuk mempercepat stabilisasi harga," kata Airlangga.

Selain itu, pemerintah juga memperluas kerja sama antardaerah (KAD) terutama untuk daerah surplus/defisit dalam menjaga ketersediaan suplai komoditas. Upaya lain yakni melalui penambahan frekuensi pelaksanaan operasi pasar termasuk peningkatan program ketersediaan pangan dan stabilitas harga (KPSH) untuk segera menstabilkan harga beras.

Tak hanya itu, Airlangga mengatakan kerja sama dengan pelaku digital pertanian turut diperluas untuk menambah produktivitas maupun pemanfaatan teknologi dalam rangka memperlancar distribusi. Pemerintah pun mempercepat implementasi program tanam pangan pekarangan misalnya cabai untuk mengantisipasi tingginya permintaan pada akhir tahun.

"Dalam jangka menengah juga akan mengembangkan program closed loop dalam hilirisasi produk hortikultura," ujarnya.

Sarana dan prasarana penyimpanan produk hasil panen khususnya di daerah sentra produksi juga akan terus diperbanyak dan diperkuat agar umur simpan lebih panjang. Oleh sebab itu, Airlangga optimistis seluruh upaya ini akan mampu menekan inflasi di bawah 5 persen hingga akhir 2022.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement