REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam sejarah Islam, sosok Abu Hanifah merupakan seorang ulama besar.Imam yang hidup pada abad kedelapan itu merupakan peletak dasar mazhab fikih Hanafi. Seperti umumnya tokoh-tokoh publik, ia pun pernah dirundung masalah yang menyasar nama baiknya.
Seperti diceritakan Ahmad Muntaha AM dalam laman resmi Nahdlatul Ulama, Imam Hanafi memiliki pengaruh yang besar di tengah masyarakatnya. Kemudian, ada sekelompok orang yang menaruh iri hati terhadapnya. Diam- diam, mereka merencanakan perbuatan jahat.
Para pendengki ini merekrut seorang wanita yang cantik jelita. Perempuan itu diberikan sejumlah uang untuk menjebak Imam Hanafi.Tujuannya, orang-orang akan menuding ulama tersebut sebagai pelaku pelecehan seksual. Si fulanah dijanjikan dana yang lebih besar lagi apabila sukses menjalankan rencana tersebut.
Pada malam dini hari, menjelang waktu sahur, aksi itu pun dilakukan. Si wanita bayaran berdiri di pinggir jalan yang biasa dilalui Imam Hanafi untuk berangkat ke masjid. Begitu melihat dai generasi tabiin itu, perempuan tersebut segera menghampirinya.
"Tuan, suamiku dahulu berkata ingin mewasiatkan sejumlah harta kepadaku, sedangkan ia sekarang sedang sakit. Aku khawatir kalau ia meninggal dunia sebelum sempat melangsungkan wasiatnya,"kata wanita ini.
Awalnya, Imam Hanafi hendak menunda tanggapannya atas masalah yang menimpa perempuan tersebut. Akan tetapi, si fulanah berkali-kali membujuknya agar mau datang ke rumahnya. Dalihnya, ulama ini mesti melihat langsung keadaan suaminya yang dikatakan sedang terbujur sakit di atas dipan.
Imam Hanafi lantas mengiyakan ajakan perempuan itu. Tidak lama kemudian, mereka sampai di depan sebuah rumah.
Si wanita membukakan pintu. Fakih tersebut ikut masuk ke dalam rumah setelah dipersilakan.Namun, tiba-tiba perempuan tersebut menutup dan mengunci pintu itu dari dalam. Belum hilang rasa terkejutnya, Imam Hanafi mendengar suara teriakan si fulanah.
'Tolong! Tolong! Siapa pun tolong aku!"
Di lain sisi, orang-orang hasud yang telah membayarnya sejak semula bersembunyi di luar rumah. Pekik suara wanita itu menandakan kinilah saatnya mereka beraksi. Dengan segera, para lelaki itu merangsek masuk ke rumah tersebut. Tentu saja, mereka mendapati Imam Hanafi sedang bersama perempuan bayaran itu.
Kondisi saat itu masih gelap gulita. Keduanya dibawa orang-orang ini ke pihak berwajib. Imam Hanafi dan si wanita kemudian dipenjara, sembari menunggu proses interograsi pada pagi harinya.
Di luar, para pendengki tertawa terbahak- bahak. Mereka merasa sukses karena telah menjebak sang ulama. Tinggal beberapa jam lagi masyarakat akan mengetahui dan memberikan penilaian tentang tabiat imam tersebut.
Di dalam penjara, Imam Hanafi bersikap biasa saja. Seolah-olah tidak terjadi masalah apa-apa, ia tetap meneruskan kebiasaannya sebelum azan Subuh berkumandang. Ketika tiba waktunya, ia pun shalat Subuh dengan khusyuk di dalam selnya.
Melihat perilaku Imam Hanafi itu, si wanita menjadi serbasalah. Fulanah ini kemudian sangat menyesali perbuatannya. Ia merutuk pada dirinya sendiri, mengapa sampai hati terlibat dalam skenario jahat untuk menzalimi orang saleh tersebut.
Akhirnya, perempuan itu mengungkapkan penyesalannya. Imam Hanafi dengan tenang mendengarkannya.
"Apa yang harus kulakukan sekarang? "tanya si fulanah.
Katakan kepada sipir penjara, `Aku ada keperluan sebentar, tolong diizinkan untuk keluar, nanti aku akan kembali ke sini,' ujar Imam Hanafi.
Selanjutnya bagaimana?
"Kalau sudah berhasil keluar, pergilah ke rumahku, temui Ummu Hammad (istri Imam Hanafi) dan ceritakan kepadanya duduk persoalan ini. Kemudian, beri tahukan kepadanya agar datang ke penjara ini untuk menggantikan posisimu. Setelah itu, pergilah kamu ke mana saja sesuai urusanmu, "jelas sang alim.
Sebelum terbit matahari, perempuan itu melaksanakan arahan Imam Hanafi. Singkat cerita, fulanah ini diizinkan untuk keluar sementara dari penjara. Pada pagi hari datanglah Ummu Hammad ke sel sebelah Imam Hanafi.Istri ulama itu mengenakan busana yang persis sama dengan yang tadi dipakai si wanita pemfitnah--termasuk cadar penutup wajah.
Menjelang siang, digelarlah interogasi. Ramai orang memadati kantor polisi karena mendengar Imam Abu Hanifah ditangkap bersama dengan seorang wanita.
"Ya Abu Hanifah! Apakah halal hukumnya berduaan dengan perempuan lain yang bukan mahram? tanya aparat menyelidikinya.
"Saya meminta agar Anda mendatangkan bapak dari perempuan ini," kata Imam Hanafi sembari menunjuk wanita bercadar di sebelahnya.
Sesuai rencana Ummu Hammad, datanglah bapaknya sendiri--yang juga mertua Imam Hanafi.
"Siapa perempuan ini? tanya aparat berwajib.
Maka, mertua Abu Hanifah membuka cadar itu. "Sungguh, perempuan ini adalah putriku yang aku telah nikahkan kepada Abu Hanifah, katanya dengan tegas.
Seketika, lenyaplah syak wasangka pada diri orang-orang yang menyaksikan penyelidikan ini.Begitulah Imam Hanafi terbebas dari upaya fitnah yang dilancarkan para pendengki.