Kamis 22 Sep 2022 08:00 WIB

Jejak Islam dalam De Revolutionibus Karya Copernicus

Gagasan heliosentrisme hingga kini sering kali hanya disematkan pada Copernicus.

Nicolaas Copernicus
Nicolaas Copernicus

REPUBLIKA.CO.ID, Gagasan heliosentrisme hingga kini sering kali hanya disematkan pada ketokohan Nicolaus Copernicus (1473-1543 M). Pada Mei 1543 terbitlah De Revolutionibus Orbium Coelestium (Tentang Revolusi Bola Langit).

Karya yang diluncurkan di Nuremberg (Jerman) beberapa hari menjelang kematian penulisnya itu menghebohkan masyarakat, khususnya para astronom dan pihak Gereja. Sebab, di dalamnya, Copernicus menyatakan bahwa semua benda langit--termasuk bumi-- berputar mengelilingi matahari.

Baca Juga

Padahal, para sejarawan modern telah menemukan adanya kemiripan antara konsep-konsep matematis yang ditulis dalam De Revolutionibus di satu sisi dan buah pemikiran para sarjana Muslim dari masa berabad-abad sebelumnya di sisi lain.

Jim al-Khalili dalam The House of Wisdom: How Arabic Science Saved Ancient Knowledge and Gave Us the Renaissance mengatakan, kritik Copernicus terhadap 'Model Ptolemy' begitu mirip--atau bahkan identik--dengan penjabaran yang dilakukan sejumlah Muslim astronom, semisal. Ibnu Syathir dan al-Thusi. Karena itu, anggapan bahwa ilmuwan itu sebagai pelopor teori heliosentrisme patut dipertanyakan.

Bahkan, jejak Islam tampak sangat jelas dalam De Revolutionibus. Al-Khalili membandingkan antara diagram yang terdapat dalam karya Copernicus itu dan kitab karangan al-Thusi. Di buku yang terbit pada 1543 itu, astronom Polandia tersebut menampilkan sebuah model matematis untuk menunjukkan mekanisme yang memungkinkan gerak lurus muncul dari gabungan orbit-orbit.

Ternyata, lanjut al-Khalili, model matematis itu sama persis dengan diagram yang telah dibuat al-Thusi dua abad sebelumnya, yakni pada buku At-Tadzkirah fii `Ilm al-Hayah. Gagasan saintis asal Khurasan itu masyhur dengan sebutan Pasangan Thusi (Thusi couple), yakni mekanisme yang menghasilkan gerakan linier dari jumlah dua gerakan melingkar. Dalam kajian astronomi, hal itu dianggap mengatasi persoalan equant Ptolemy. Dengannya, al-Thusi hendak membuktikan rotasi bumi.

Bahkan, Copernicus diketahui hanya mengganti huruf-huruf Arab dalam diagram karya ilmuwan Muslim tersebut dengan huruf-huruf Latin untuk karyanya sendiri. Alif diganti menjadi huruf A; ba menjadi B; jim menjadi G; dal menjadi D; dan seterusnya. Hal itu dilakukannya tanpa sama sekali menyebutkan nama al-Thusi sebagai rujukannya dalam menulis De Revolutionibus.

Pengetahuan tentang model planet yang dikembangkan al-Thusi dan Ibnu al-Syathir sangat mungkin sampai ke Italia via Konstantinopel. Copernicus barangkali bukan membaca At-Tadzkirah langsung dari bahasa Arab, melainkan hasil penerjemahan. Di kampus-kampus Eropa, termasuk Akademi Krakow tempatnya belajar, terdapat beberapa manuskrip tulisan kelompok astronom mazhab Maragha.

sumber : Islam Digest
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement