Rabu 21 Sep 2022 20:45 WIB

Canda Sahabat Rasulullaj Nu'aiman nim Amr

Pada zaman Nabi Muhammad SAW, ada seorang sahabat yang suka bercanda.

Ilustrasi Sahabat Nabi
Foto: MgIt03
Ilustrasi Sahabat Nabi

REPUBLIKA.CO.ID, Pada zaman Nabi Muhammad SAW, ada seorang sahabat yang suka bercanda. Tentunya, kegemaran tersebut tetap dalam koridor ajaran Islam. Tidak ada, umpamanya, dusta atau nuansa olok-olok di balik tingkah lakunya itu.

Sahabat yang dimaksud adalah Nu'aiman bin Amr bin Rafa'ah. Lelaki itu termasuk yang mula- mula memeluk Islam. Ia turut serta dalam Perang Badar sehingga dikelompokkan sebagai ashabul badr.

Baca Juga

Mujahid tersebut memiliki pemba waan yang kreatif dan suka bercanda. Orang-orang senang berada di dekat nya karena ia bisa membuat mereka tertawa bahagia. Beberapa hal kocak pernah dilakukannya. Bahkan, target keisengannya bukan hanya sesama sahabat, melainkan juga Nabi SAW.

Rasulullah SAW pernah berkata, Nu'aiman akan masuk surga sambil tertawa karena ia sering membuatku tertawa.

Dikisahkan, Nu'aiman pernah berjalan-jalan di dekat Masjid Nabawi. Siang itu, amatlah terik.Tiba-tiba, pandangan matanya melihat seorang penjual madu yang tampak letih dan kepanasan.

Sahabat Nabi SAW itu pun menghampirinya.Setelah mengobrol beberapa menit, terlintaslah ide di dalam benaknya. Bukankah Rasulullah SAW sangat menyukai madu? gumam Nu'aiman kepada dirinya sendiri.

Ia langsung menepuk pundak si penjual madu. Wahai fulan, marilah kuantar engkau ke rumah Rasulullah SAW. Seketika, senyum terpancar dari bibir pedagang tersebut. Pikirnya, Luar biasa sekali lelaki yang baik hati ini bersedia mengantarkanku kepada Nabi SAW. Alang kah senang madu-maduku akan dibeli beliau!

Setelah mendekati rumah Rasulullah SAW, Nu'aiman menyuruh si penjual madu menunggu di luar dari kejauhan. Dengan sebotol madu di tangannya, ia berdiri sembari mengetuk pintu rumah al-Musthafa. Setelah itu, sang tuan rumah pun mempersilakannya masuk.

Ya Rasulullah, kata Nu'aiman, aku tahu engkau suka madu. Karena itu, aku memberikan madu ini untukmu sebagai hadiah.

Sebagai utusan Allah, beliau memang tidak pernah mengambil sedekah. Akan halnya hadiah, hal itu diterimanya. Termasuk pemberian dari tamunya ini.

Tidak lama kemudian, Nu'aiman pamit. Nabi SAW mendoakan kebaikan untuknya. Setelah beliau menutup pintu rumahnya, lelaki dari kalangan Anshar itu bergegas menghampiri si penjual madu yang tadi ditinggalkannya.

Ketahuilah, Rasulullah SAW sangat menyukai madu yang engkau jual! katanya.Si pedagang mendengar itu dengan senyum mengembang. Belum sempat ia menanyakan uang hasil penjualan madu tersebut, Nu'aiman meminta izin.

Maaf, aku akan pergi lagi karena masih ada urusan. Sebentar lagi, Rasulullah SAW akan keluar dari rumahnya dan membayar harga madu itu, ucap kerabat Abdurrahman bin Auf itu.

Baiklah kalau begitu, jawabnya.Nu'aiman pun berjalan meninggalkannya.Beberapa menit, si penjual madu menunggu.Lewat setengah jam, kakinya mulai pegal.Mendekati satu jam, ia kian gelisah. Sebab, tidak seorang pun keluar dari rumah Nabi SAW.

Akhirnya, pedagang ini memberanikan diri untuk mengetuk pintu rumah Rasulullah SAW.Assalamu'alaikum wara matullahi wabarakatuh, katanya.

Nabi SAW pun membukakan pintu. Beliau melihat seseorang yang belum pernah ditemuinya sedang berdiri dengan wajah sayu di hadapannya.

Mohon maaf, Tuan. Tolong bayarlah harga maduku, katanya.

Rasulullah SAW sempat terkejut. Namun, setelah menyadari perbuatan Nu'aiman kepadanya, beliau langsung membayar madu tersebut. Si pedagang menerima uang sambil mengucap hamdalah.

Keesokan harinya, Nabi SAW berjumpa dengan Nu'aiman. Wahai Nu'aiman, apa yang telah engkau lakukan terhadap keluarga Nabimu? kata beliau.

Sambil tersenyum, Nu'aiman menjawab, Ya Rasulullah, aku tahu engkau suka sekali menikmati madu. Namun, aku tidak punya uang saat itu untuk membelikan dan menghadiahkannya kepadamu. Maka, aku antarkan saja penjual madu kepadamu. Semoga aku mendapat taufik ke arah kebaikan.

sumber : Islam Digest
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement