REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Alquran tidak pernah secara jelas menyebutkan asal-usul Nabi Khidir alaihissalam. Dalam kitab suci umat Islam ini, Allah SWT hanya menyebutnya sebagai seorang hamba. Alquran juga hanya menyampaikan kisah perjalannya bersama Nabi Musa 'alaihissalam.
Namun, ada seorang ulama besar mencoba menguak sosok Nabi Khidir. Dia adalah Ibnu Hajar al-Asqalani. Dia mengupas sosok Nabi Khidir melalui pengujian terhadap hadits-hadits yang berkenaan dengannya berikut sumber-sumbernya.
Karya Ibnu Hajar berjudul Az-Zahru an-Nadhir fi Naba’i al-Khadir mengulas tentang sosok Nabi Khidir dan beragam kisahnya. Kitab ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi buku “Misteri Nabi Khidir” terbitan Turos Pustaka.
Dalam buku ini, Ibnu Hajar memaparkan berbagai macam dalil dan pendapat yang berbeda-beda mengenai sosok Nabi Khidir. Salah satunya ihwal usia Nabi Khidir.
Menurut Ibnu Hajar, Imam Daruquthni pernah meriwayatkan sebuah kisah dari Ibnu Abbas RA. Dengan mata rantai perawi sebelumnya.
Dikatakan bahwa ajal (kematian) Khidir ditangguhkan sampai dia bisa mendustakan Dajjal saat kemunculannya nanti.
Sementara, dalam kitab al-Mubtada’, Ibnu Ishaq menceritakan sebuah riwayat bahwa sesungguhnya Adam berdoa kepada Allah SWT agar memanjangkan umur orang yang menguburkan jasadnya hingga terjadinya Hari Kiamat.
Ternyata, tak ada seorang pun yang menguburkan jasad Adam hingga Khidir melakukannya. Maka, Allah SWT pun mengabulkan permintaan Adam sehingga Khidir bisa hidup hingga waktu yang dikehendaki Allah SWT.
Dalam pembahasan selanjutnya, Ibnu Hajar lalu mengungkapkan pendapat hadits tentang kematian Nabi Khidir.
Dalam kitab at-Ta’rif wal al-Alam, as-Suhaili menyatakan, “Ada yang mengatakan bahwa Khidir tidak sempat mengalami masa Nabi Muhammad SAW. Dan ini merupakan pendapat yang tidak benar. Menurut Bukhari dan sekelompok ahli hadits, Khidir meninggal sebelum genap seratus tahun setelah peristiwa Hijrah". Pendapat ini dikuatkan Syekh Abu Bakar bin Arabi, berdasarkan sabda Nabi SAW:
فإن على رأس مائة سنة منها لا يبقى ممن هو على ظهر الأرض أحد
“Di pengujung 100 tahun ke depan, tidak tersisa di muka bumi ini seorang pun yang saat ini berada di atasnya.” (HR Bukhari).
Ibnu Hajar menjelaskan, maksud kalimat ‘tidak akan tersisa’ itu adalah orang yang hidup ketika Rasulullah SAW sedang mengucapkan sabda tersebut. Adapun kisah pertemuan Khidir dengan Nabi Muhammad SAW dan takziahnya kepada keluarga Rasulullah SAW saat mereka sedang memandikan jenazah beliau ketika wafat telah diriwayatkan dari para perawi sahih. Di antaranya sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Abdul Barr dalam kitab at-Tamhid.