REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Orang-orang yang berakhlak baik tentunya akan sangat disayangi Allah dan RasulNya serta mendapatkan derajat, kehormatan yang tinggi dalam pandangan manusia. Lalu bagaimana agar memperoleh akhlak yang baik.
Pimpinan Pondok Pesantren Suniyyah Salafiyah Pasuruan yang juga ketua umum Rabithah Alawiyyah, Habib Taufiq bin Abdul Qadir bin Husein Assegaf mengatakan ada perbedaan antara para nabi dan rasul dengan manusia biasa dalam memperoleh akhlak yang baik (akhlak hasanah) atau perkara-perkara yang terpuji.
Pada diri nabi dan rasul akhlak yang baik dihasilkan karena fitrah. Maksudnya yakni Allah telah menetapkan, memberikan akhlak yang baik kepada diri nabi dan rasul sejak awal dilahirkan. Sehingga nabi dan rasul maksum artinya terhindar dari setiap dosa dan kesalahan ataupun perilaku buruk. Karena itu tidak ada nabi dan rasul yang berakhlak buruk baik saat kecilnya terlebih saat dewasa. Justru perilaku yang keluar dari para nabi dan rasul sejak kecil semuanya bagus, sebab mereka adalah orang-orang yang dipilih Allah dan dibentuk memiliki akhlak yang baik dan dijaga oleh Allah sehingga terhindar dari akhlak tercela.
Sementara itu manusia bisa lahir dalam keadaan fitrah. Seiring bertambah usia, manusia berpotensi untuk memiliki akhlak yang baik atau pun memiliki akhlak yang buruk. Habib Taufiq mengatakan akhlak yang baik sejatinya dapat dihasilkan dari membiasakan diri melakukan perbuatan-perbuatan yang baik.
"Membiasakan diri melakukan perbuatan yang baik disebut tazkiyah atau tahdzib. Jadi hati manusia akan menjadi bagus karena af'al thoyyibah atau perbuatan yang bagus. Karena kebiasaan manusia itu dimulai dari memaksakan diri. Contoh orang yang bakhil bagaimana mengobatinya paksa untuk menjadi orang yang loman walau pun berat. Paksa supaya hilang itu penyakit, kalau sudah terbiasa dengan membiasakan diri maka terbiasa memberi uang, membantu orang," kata Habib Taufiq saat mengisi kajian Kitab Ihya Ulumuddin yang disiarkan melalui kanal resmi Sunsal Media pada Kamis (15/9/2022).
Orang yang melakukan perbuatan buruk sejatinya karena terbiasa melakukannya. Sebab semua manusia dilahirkan fitrah. Tidak ada orang lahir dengan berbuat buruk. Tapi karena terbiasa melakukan perbuatan buruk maka diriya memiliki akhlak tercela.
Habib Taufiq mengatakan seseorang akan menjadi memiliki akhlak yang baik dengan menyaksikan, atau berteman, atau sering melihat, atau sering duduk dan mengambil ilmu dari orang orang yang mempunyai akhlak yang bagus dan yang mempunyai perbuatan yang bagus. Selain itu Seseorang dari keturunan yang bagus, lalu dirinya punya kebiasaan yang bagus, lalu orang tersebut selalu berkumpul dengan orang yang bagus, dan dirinya dididik oleh orang orang baik maka orang tersebut sangat berpotensi mendapatkan martabat yang tinggi.
Namun demikian ada jenis orang yang meski telah mendapatkan seruan, menyaksikan orang-orang baik, namun tidak juga berakhlak baik sebab hatinha sudah dikunci Allah SWT karena kelakuannya sendiri. Contohnya seperti Abu Lahab kendatipun hidup pada masa Rasulullah, mengetahui akhlak Rasulullah namun Abu Lahab sama sekali tidak memiliki akhlak yang terpuji karena hatinya sudah mati.
Sementara itu, Habib Taufiq mengatakan orang yang terus memaksakan diri dan membiasakan diri melakukan kebaikan makan lambat laun dirinya akan senang dan merasakan kenikmatan ketika melakukan perbuatan baik. Seseorang yang melaksanakan setiap kebajikan maka akan membuat hatinya semakin bersih. Sehingga orang tersebut akan melakukan segala sesuatu atas dasar iman.
Sebaliknya orang yang terus menerus melakukan keburukan maka hatinya akan gelap dan membuat akhlaknya jadi tercela. Habib Taufiq mencontohkan seorang pencuri pada awalnya memiliki ketakutan akan kejahatannya, namun karena terus menerus dilakukan orang tersebut menjadi bangga dengan tindakan mencurinya, bahkan semakin lama menjadi koruptor.