Selasa 30 Aug 2022 21:45 WIB

Masjid Agung Kairouan, Warisan Berharga Uqba bin Nafi

Keberadaan Masjid Uqba ini membuat Kairouan berkembang pesat.

Masjid Agung Kairouan tampak kosong karena tindakan untuk membendung pandemi Covid-19 pada malam yang diyakini sebagai Lailatul Qadar , salah satu malam paling suci umat Islam di Kairouan, Tunisia pada 19 Mei 2020.
Foto: Anadolu/Yassine Gaidi
Masjid Agung Kairouan tampak kosong karena tindakan untuk membendung pandemi Covid-19 pada malam yang diyakini sebagai Lailatul Qadar , salah satu malam paling suci umat Islam di Kairouan, Tunisia pada 19 Mei 2020.

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Kairouan adalah kota penting dalam sejarah perjuangan Uqba bin Nafi. Sebab, Uqbalah yang mendirikan kota ini pada 871 M.

Sebagai langkah awal untuk mengembangkan kota ini, panglima besar Muslim ini membangun sebuah masjid agung yang di kemudian hari menjadi pusat aktivitas intelektual para cendekiawan di Benua Afrika.

Baca Juga

Sesuai nama pendirinya, masjid ini dinamakan Masjid Uqba. Namun, masjid itu kini lebih dikenal sebagai Masjid Agung Kairouan yang tercatat sebagai salah satu masjid terpenting di Tunisia. Masjid ini pun tercatat sebagai salah satu yang tertua di bumi sehingga UNESCO memasukkannya sebagai salah satu warisan dunia. 

Teletak di timur laut Kairouan, masjid ini masuk dalam wilayah Houmat a-Jami. Dulu, Uqba sendiri yang memilih lokasi untuk pembangunan masjid ini, yakni tepat di jantung kota. Berdiri di atas lahan seluas 9.000 meter persegi, Masjid Kairouan didaulat sebagai masjid terbesar di Afrika Utara.

Arsitektur masjid ini yang kental dengan nuansa seni Islam menjadi kiblat bagi semua masjid di kawasan Maghribi. Kemegahan masjid ini terlihat dari menaranya yang tinggi besar dengan bentuk persegi. Menara yang disempurnakan oleh Gubernur Dinasti Umayyah Bishr bin Shafwan pada 725 M itu tampil dengan gaya Romawi kuno. 

Menara yang menjulang dengan ketinggian 31,5 meter ini menginspirasi pembangunan menara di banyak daerah, terutama Afrika Utara dan Andalusia.

Sekitar 20 tahun setelah dibangun, tepatnya pada 690 M, masjid ini hancur lebur akibat serbuan pasukan suku Berber yang bermaksud merebut Kota Kairouan. Namun, pada 703 M, masjid ini dibangun kembali oleh Hasan bin al-Nu'man. Bahkan, pada 724-728 M, masjid ini diperluas karena jumlah jamaah yang makin bertambah.

Selain diperluas, Masjid Kairouan juga mengalami beberapa kali renovasi. Pada 774, masjid direkonstruksi disertai dengan penambahan aksesori. Kemudian pada 836 di masa pemerintahan Dinasti Ziadeth Allah I, Masjid Kairouan kembali direnovasi. Tampilan Masjid Kaioruan yang terlihat kini merupakan hasil rekonstruksi pada masa Dinasti Ziadiet Allah I. Pemugaran pada 1967 di bawah arahan Institut Arkeologi dan Seni Nasional, Tunisia tak mengubah tampilan itu.

Keberadaan Masjid Uqba ini membuat Kairouan berkembang pesat menjadi salah satu pusat peradaban dan perkembangan ilmu, baik keilmuan Islam dan pengetahuan umum. Peran masjid ini bisa dikatakan setara dengan Universitas Paris pada abad pertengahan. Namun, sejak Kairouan mengalami kemunduran pada abad ke-11, pusat aktivitas intelektual bergeser ke Universitas Ez-Zitouna, Tunisia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement