Senin 29 Aug 2022 21:45 WIB

Rahasia Makhluk yang Paling Dicinta

Mengapa Rasul dicintai penduduk langit dan bumi?

Rasulullah
Foto:

Sosok bergelar al-amin itu pun tulus mengajarkan kita tentang cara bagaimana agar dicintai oleh “penduduk” langit dan bumi. Pelajaran tersebut ia abadikan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Abu Abbas Sahl bin Sa'ad.

Seseorang mendatangi Rasulullah lalu berkata, “Wahai Rasulullah, tunjukkan kepadaku sebuah amalan yang jika aku kerjakan, Allah dan manusia akan mencintaiku.” Rasul menjawab, “Zuhudlah terhadap dunia, maka engkau akan dicintai Allah dan zuhudlah terhadap apa yang ada pada manusia, maka engkau akan dicintai manusia.”

Zuhud terhadap dunia, resep dicintai 'penghuni langit’. Rahasia ini sesuai dengan firman Allah SWT. “Katakanlah kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS an-Nisaa' [4]: 77).

Dalam surah al-Hadid ayat 23 Allah berfirman: “(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berdukacita terhadap apa yang luput dari kamu dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan, Allâh tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.”

Rasul juga menegaskan dalam hadis riwayat Muslim bahwa sikap bijak seorang Muslim dalam menyikapi harta dan kekayaan adalah selalu bersyukur. Lihatlah kondisi orang lain yang berada di bawahnya sehingga dengan cara itu, ia akan selalu merasa banyak dan cukup dengan nikmat Allah baginya. Karena itu pula, Rasul tak segan memberikan harta terakhirnya kepada seorang sahabat yang lebih membutuhkan. Kenapa hal itu dilakukan Rasulullah? “Rezekiku besok sudah ditetapkan Allah,” titah Rasul. 

Sementara itu, zuhud atas kepemilikan manusia adalah rahasia Rasulullah dicintai “penduduk” bumi. Imam al-Junaid berkata, “Zuhud ialah keadaan jiwa yang kosong dari rasa memiliki dan ambisi menguasai.” Bahkan, Ali bin Abi Thâlib berpandangan, “Zuhud berarti tidak peduli, siapa yang memanfaatkan benda-benda duniawi ini, baik seorang yang beriman atau tidak.”

Kedua pernyataan di atas adalah gambaran agar kita tidak dibelenggu dengan harta orang lain. Terlebih, berambisi ingin memiliki dan menguasainya. Rasulullah sangat zuhud terhadap apa yang dimiliki orang lain. Tidak pernah mengemis terhadap sesuatu hal duniawi yang orang lain miliki. Sebab, pada dasarnya manusia adalah makhluk egois dan rakus. “Tiada seorang beriman hingga aku lebih dicintai dari ayahnya, anaknya, dan seluruh manusia,” sabda Rasul dalam riwayat Bukhari.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement