Ini adalah bukti bahwa struktur itu dibangun pada 400-an. Juga, sumber-sumber Kristen mengatakan tempat ini didirikan sebagai gereja di tahun 400-an.
Kemudian diumumkan bangunan gereja yang hancur diubah menjadi masjid pada 1480-an oleh Lala Hayrettin Pasha dan dioperasikan, Sarisin menekankan masjid memiliki fitur sejarah yang penting karena keberadaan beberapa manuskrip terpenting Alquran.
Ketika Masjid Lala Hayrettin ditutup setelah undang-undang yang berlaku pada 1935 tentang klasifikasi masjid dan masjid dan penutupan yang diperlukan, menara, kayu, dan ubin di atapnya dijual oleh Administrasi Yayasan periode 1937. Sarisin menyatakan setelah tanggal tersebut, masjid tetap reruntuhan sampai hari ini.
Masjid itu semakin rusak dan menjadi reruntuhan karena penggalian ilegal. “Saat kami temukan pada 2018, ada hampir 50 pohon di dalamnya dan 10 truk sampah keluar dari bangunan ketika kami mencoba membersihkannya," ujarnya.
Kemudian, Direktorat Yayasan Wilayah mengambil alih proyek tersebut. Mereka menemukan seorang pengusaha amal untuk membiayai restorasi. Setelah satu tahun pekerjaan pembersihan, desain dan restorasi, masjid dalam kondisi sekarang.
"Ibu saya Emine Bilgili meninggal. Saya berencana membangun sebuah masjid. Tapi kemudian saya memutuskan mengembalikan masjid bersejarah sebagai gantinya. Bersama saudara laki-laki saya Osman Bilgili, kami memutuskan merestorasi masjid yang merupakan peninggalan nenek moyang dan menjadi sarana membukanya untuk beribadah. Dengan demikian, kita sekarang telah melindungi karya-karya nenek moyang kita,” ujar Melih Bilgili yang membantu membangun kembali masjid untuk menghormati ibunya.