Sabtu 20 Aug 2022 08:03 WIB

Pelajaran dari Tobatnya Nabi Adam

Setelah sadar berbuat salah, mengakui kesalahan, dan memohon ampun.

Jabal Rahmah atau Bukit Kasih Sayang, yang mengkisahkan pertemuan Nabi Adam AS dan Siti Hawa setelah 300 tahun terpisah
Foto:

Pertama, salah bagi manusia sesungguhnya merupakan hal biasa. Bersih dari dosa bukanlah sifat manusia. Oleh karena itu, ada ungkapan, Al-Insanu mahallulkhatha’i wannisyan (Manusia adalah tempat salah dan lupa).

Kedua, mengakui kesalahan.

Memang salah merupakan sifat manusia, namun ini tak boleh menjadi pembenaran kesalahan. Misalnya dengan mengatakan, saya atau kita ini bukan malaikat. Itulah orang tua kita, Adam dan Hawa, langsung mengakui kesalahan yang telah diperbuat. Inilah sikap yang diteladankan oleh ayah dan ibu kita.

Karena pada dasarnya manusia berbuat salah, bukanlah suatu kesalahan yang besar bila mau mengakui kesalahannnya. Adapun yang menjadi dosa itu besar dan sangat besar, yakni bila berbuat dosa tapi tak mengaku salah bahkan mengaku benar.

Ketiga, menyalahkan diri sendiri.

Inilah sikap kedua orang tua kita yang sangat terpuji. Beliau berdua tidak menyalahkan pihak lain. Bahkan, tidak menyebut iblis sama sekali. Padahal, sangat jelas iblislah yang merayu dan membujuknya agar mau memakan buah larangan itu.

Adam sama sekali tidak mengambinghitamkan iblis dengan mengatakan ini gara-gara iblis atau konspirasi iblis. Tidak. Ayah dan Ibu kita sadar bahwa yang salah, yaitu diri sendiri. Karena sudah tahu iblis tapi mengapa diikutinya. Maka kalau iblis disebut, itu tidaklah meringankan kesalahan yang telah diperbuat, tapi justru menambah kesalahan.

Memakan buah pohon larangan merupakan kesalahan dan mengikuti iblis termasuk kesalahan lain lagi. Karena itu, sikap yang terhormat, yakni menyalahkan diri sendiri. Bagi orang yang berbuat dosa bila ingin selamat, tak perlu menuding karena ini dan itu atau karena konspirasi dll. Cukup kita ucapkan, “Ya Allah, kami telah menzalimi diri kami sendiri..”

Keempat, mohon ampun.

Setelah sadar berbuat salah, mengakui kesalahan dan itu karena salah diri sendiri, langsung diiringi permohonan ampun yang sungguh-sungguh.

Dengan sikap seperti ini, bagi orang yang berbuat dosa kecil atau besar, Allah tak lagi murka. Tapi sebaliknya, Allah mencintainya. “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertobat dan orang-orang yang membersihkan diri.” (al-Baqarah [2]: 222)

Ternyata ungkapan yang mirip dengan ucapan Adam dan Hawa juga diucapkan Nabi Yunus. Hingga akhirnya beliau selamat dengan luar biasa. Di dalam perut ikan, di dalam laut, dan tengah malam yang gelap, Nabi Yunus mengucapkan, “Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim.” (al-Anbiya’ [21]: 83)

Bukan hanya Nabi Adam dan Yunus, melainkan Nabi Musa juga melakukan hal sama. “Musa berdoa, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah aku.” Maka Allah mengampuninya, sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (al-Qashash [28]: 16)

Itulah sikap orang-orang hebat dan pemimpin-pemimpin sejati. Bukan mereka tidak pernah berbuat salah atau dosa, tapi bila berbuat dosa, mereka mengakui kesalahan dan segera bertobat dengan sepenuh hati.

Nabi Muhammad SAW bersabda, “Demi Allah, sesungguhnya aku minta ampun kepada Allah dan bertobat kepada-Nya dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali.” (Hr. Bukhari).

Yuk gabung diskusi sepak bola di sini ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنْ كُنْتُمْ فِيْ رَيْبٍ مِّنَ الْبَعْثِ فَاِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُّطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِنْ مُّضْغَةٍ مُّخَلَّقَةٍ وَّغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِّنُبَيِّنَ لَكُمْۗ وَنُقِرُّ فِى الْاَرْحَامِ مَا نَشَاۤءُ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوْٓا اَشُدَّكُمْۚ وَمِنْكُمْ مَّنْ يُّتَوَفّٰى وَمِنْكُمْ مَّنْ يُّرَدُّ اِلٰٓى اَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْلَا يَعْلَمَ مِنْۢ بَعْدِ عِلْمٍ شَيْـًٔاۗ وَتَرَى الْاَرْضَ هَامِدَةً فَاِذَآ اَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاۤءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَاَنْۢبَتَتْ مِنْ كُلِّ زَوْجٍۢ بَهِيْجٍ
Wahai manusia! Jika kamu meragukan (hari) kebangkitan, maka sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu; dan Kami tetapkan dalam rahim menurut kehendak Kami sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampai kepada usia dewasa, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dikembalikan sampai usia sangat tua (pikun), sehingga dia tidak mengetahui lagi sesuatu yang telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air (hujan) di atasnya, hiduplah bumi itu dan menjadi subur dan menumbuhkan berbagai jenis pasangan (tetumbuhan) yang indah.

(QS. Al-Hajj ayat 5)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement