REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Para sahabat adalah generasi terbaik Islam. Berbagai cobaan dan ujian berhasil dijalani mereka, salah satunya adalah Imran bin Hushain. Bayangkan, dia menderita wasir untuk waktu yang tidak sebentar melainkan 30 tahun.
Ia masuk Islam pada tahun ketujuh Hijriyah. Kala itu, Perang Khaibar terjadi. Dengan hati yang dipenuhi keimanan, Imran bin Hushain datang kepada Rasulullah SAW. Seusai bersyahadat, ia menyatakan baiat sambil menaruh tangan kanannya di atas tangan kanan Nabi Muhammad SAW.
Sesudah momen itu, seakan tak habis-habisnya ia memandangi tangan kanannya sendiri. Betapa besar penghormatan yang baru saja diterimanya itu. Sejak itu, Imran bersumpah pada dirinya, tidak akan menggunakan tangannya untuk apa pun kecuali kebaikan Islam.
Mula-mula Imran merupakan seorang pria yang sehat. Suatu hari, ia mendengar percakapan beberapa sahabat dan Nabi Muhammad SAW. Kepada beliau, mereka mengungkapkan isi hati, “Wahai Rasulullah, mengapa kami ini? Bila kami sedang berada di sisimu, hati kami menjadi lunak sehingga tidak lagi menginginkan dunia; seolah-olah akhirat kami lihat dengan mata kepala sendiri. Namun, bila kami meninggalkanmu dan berada di tengah keluarga, kami merasa telah lupa diri?”
Kemudian, Rasulullah SAW bersabda, “Demi Allah, yang nyawaku berada dalam genggaman-Nya, seandainya kalian selalu berada dalam suasana seperti di sisiku, tentulah malaikat akan menampakkan dirinya menyalami kamu. Namun, yang demikian itu hanya sewaktu-waktu.”
Tertegunlah Imran akan jawaban Nabi Muhammad SAW. Maka timbul tekad dalam dirinya, ingin sekali terus-menerus merasakan suasana batin ketika berada di dekat Rasulullah SAW. Walaupun nyawa taruhannya, keinginan tersebut tidak akan dilepaskannya.
Allah SWT menakdirkan ujian datang kepadanya. Pada suatu hari, Imran merasakan sakit yang begitu mengganggu pada perutnya. Makin hari, makin nyatalah jenis penyakitnya, yakni wasir. Imran menjadi amat kepayahan saat hendak duduk ataupun akan berdiri. Karena kejadian yang dialaminya pula, para ahli hadits mempunyai riwayat yang menunjukkan tuntunan syariat mengenai ibadah kala sakit.
عن عمران بن حصين -رضي الله عنهما- قال: كانت بي بَوَاسيرُ، فسألت النبي -صلى الله عليه وسلم- عن الصلاة، فقال: «صَلِّ قائما، فإن لم تستطع فقاعدا، فإن لم تستطع فعلى جَنْبٍ»
Diriwayatkan dari Imran bin Hushain RA, ia berkata: 'Saya menderita penyakit wasir, lalu saya bertanya kepada Rasulullah SAW, maka beliau menjawab, 'Sholatlah kamu sambil duduk. Jika tidak mampu (duduk), hendaklah sholat sambil berbaring' (HR al-Bukhari).
Imam Nawawi dalam sebuah kitabnya menuturkan, Imran bin Hushain mengalami sakit wasir yang akut. Namun, sahabat Nabi Muhammad SAW itu selalu bersabar atas apa-apa yang menimpanya. Takdir Allah itu tidak diresponsnya dengan duka nestapa, apalagi sampai menyalahkan Tuhan.
Mentalnya kuat. Dirinya selalu bersyukur atas segala nikmat yang Allah SWT karuniakan. Karena itu, Imran dikisahkan beberapa kali mendapatkan tamu istimewa, yakni malaikat yang menjelma manusia untuk menyalaminya.
Makhluk mulia itu melakukannya sebagai bentuk penghormatan kepada sang sahabat Nabi Muhammad SAW. Tidak hanya mewujud menjadi manusia. Malaikat mengirimkan salam kepadanya juga dengan perantara, yakni Rasulullah SAW.
Pada suatu hari, Imran merasa lebih lelah daripada biasanya. Ia pun mendatangi Rasul SAW, minta didoakan. Setelah beliau berdoa, seketika wasir hilang dari diri Imran.
Sang sahabat pun kembali ke rumahnya dengan wajah gembira. Beberapa hari berlalu. Ia justru merasa gundah. Sebab, tamu istimewa yang acap kali mengetuk pintu rumahnya dan menyalaminya tidak lagi datang. Hal itu lalu diadukannya kepada Nabi Muhammad SAW.
“Ya Rasulullah, mengapa malaikat tidak lagi mengirimkan salam kepadaku? “Itu disebabkan kesembuhanmu, wahai Imran,” kata Rasul SAW menerangkan. Mendengar itu, Imran kemudian meminta kepada beliau agar berkenan mendoakannya sakit wasir lagi. Nabi Muhammad SAW pun berdoa. Seketika, penyakit yang sama kembali dialami sahabat beliau itu.