Jumat 05 Aug 2022 14:57 WIB

Akhlak Bertamu di Rumah

Bertamu di rumah siapa pun, duduk dengan sopan merupakan kewajiban.

Akhlak Bertamu di Rumah
Foto:

Jika perlu mengetuk pintu, kita melakukannya dengan sopan; tidak seperti orang tergesa-gesa, tidak menggedor. Mungkin tidak langsung mendapat jawaban. Kita mengetuk lagi, tetapi kita melakukan jeda antara yang pertama dan yang kedua. Tidak perlu kita mengintip-intip melalui jendela. 

Setelah salam dijawab dan tuan rumah mempersilakan masuk, barulah kita masuk. Hal ini sesuai dengan firman Allah Subhanu wa Ta’aala di dalam Alquran surat an-Nur (24): 28

فَاِنْ لَّمْ تَجِدُوْا فِيْهَآ اَحَدًا فَلَا تَدْخُلُوْهَا حَتّٰى يُؤْذَنَ لَكُمْ وَاِنْ قِيْلَ لَكُمُ ارْجِعُوْا فَارْجِعُوْا هُوَ اَزْكٰى لَكُمْ ۗوَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ عَلِيْمٌ

“Jika kamu tidak menemui seseorang pun di dalamnya, janganlah kamu masuk sebelum mendapat izin. Dan jika dikatakan kepadamu, “Kembalilah”, hendaklah kamu kembali. Itu lebih ber­sih bagimu dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Lewat pintu mana kita masuk? Ada rumah yang pintunya tidak hanya terdapat pada bagian depan. Meskipun demikian, dalam keadaan biasa, kita masuk melalui pintu depan.

Namun, dalam keadaan darurat, misalnya karena (a) di ruang tamu sedang ada tamu penting, yang tidak dapat disela pembicaraannya, tidak elok jika kita masuk ke ruang tamu itu, (b) kita dan tuan rumah sudah saling mengenal baik, dan (3) tuan rumah mempersilakan lewat pintu samping, kita dapat juga masuk melalui pintu samping.

Tata cara dalam suatu jamuan bermacam-macam. Sangat mungkin ada kebiasaan menjamu tamu dengan menyediakan minuman beralkohol. Jika demikian, kita yang beragama Islam wajib tidak mengikutinya. Tentu penolakan itu kita lakukan dengan cara yang santun. (Tuan rumah yang baik pasti berkenan memahami hal itu)

Tamu yang berakhlak mulia baru duduk setelah dipersilakan oleh tuan rumah. Namun, jika bertamu di rumah sahabat karib atau keluarga sendiri, kita boleh duduk walaupun belum diper­silakan. Yang penting sudah mendapat izin masuk.

Pada saat tertentu (misalnya ‘Idul Fitri) atau di keluarga tertentu di meja tamu tersedia makan­an. Meskipun demikian, sebelum dipersilakan, kita tidak menyentuhnya. Setelah dipersilakan, kita minum dan makan sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, yakni

  1. memulai dengan tasmiyah (basmallah), meng­ambil yang terdekat, makanan dan minum dengan
  2. tangan kanan, dan mengakhiri dengan tahmid (hamdalah). “Sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah yang terdekat denganmu.” (Muttafaq ‘alaih)
  3. menikmati jamuan tidak berlebihan. “… Makan dan minumlah rezeki (yang diberikan) Allah dan janganlah kamu berlebihan di muka bumi  dengan berbuat kerusakan) (QS Albaqarah (2):60)
  4. tidak berbicara ketika sedang minum atau mengunyah makanan agar tidak tersedak atau ma­kanan yang di mulut “berhamburan”
  5. tidak mengunyah makanan dengan menimbulkan kecap mulut
  6. tidak pula minum lalu berkumur-kumur, kemudian menelan air itu
  7. tidak mencela makanan; memuji jamuan yang dihidangkan oleh tuan rumah. “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah mencela makanan sekali pun. Apabila beliau menyukainya, beliau memakannya, dan apabila beliau tidak menyukainya, beliau me­ning­galkannya.” (Muttaqun ‘alaih)

 

sumber : Suara Muhammadiyah
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement