REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Terdapat beberapa keutamaan yang bisa didapatkan dengan melakukan ibadah puasa Asyura, di antaranya menghapus dosa setahun yang lalu. Pada akhir hayatnya, Nabi ﷺ bertekad untuk tidak hanya puasa pada hari ‘Asyura yakni 10 Muharram, namun juga menyertakan sembilan ‘Asyura agar berbeda dengan puasanya orang Yahudi.
Dikutip dari buku Misteri Bulan ‘Asyuro Antara Mitos dan Fakta karya Abu Abdillah Syahrul Fatwa, puasa ini menghapus dosa satu tahun yang lalu. Rasulullah ﷺ bersabda:
"Puasa ‘Asyura aku memohon kepada Allah agar dapat menghapus dosa setahun yang lalu." (HR Muslim)
Imam an-Nawawi rahimahullah berkata: “Keutamaannya menghapus semua dosa-dosa kecil. Atau boleh dikatakan menghapus seluruh dosa kecuali dosa besar”. (Majmu’ Syarah al-Muhadzzab)
Jika Anda bertanya: Mengapa puasa Arafah menghapus dosa-dosa dua tahun sedangkan puasa ‘Asyura hanya mengahapus dosa-dosa setahun? Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menjawab pertanyaan ini dengan dua jawaban:
1. Karena hari Arafah jatuh pada bulan haram (Dzulhijjah), sebelumnya bulan haram (Dzulqo’dah) dan sesudahnya bulan haram (Muharram), lain halnya dengan ‘Asyura (sesudahnya bulan Shafar yang bukan merupakan bulan haram).
2. Puasa Arafah termasuk kekhususan umat Islam, berbeda dengan ‘Asyura. Allah ﷻ melipat gandakan pahala Arafah dengan berkah Nabi Muhammad ﷺ.
(Bada’iul Fawaid)
Para salaf dulu sangat semangat berpuasa ‘Asyura. Dikisahkan, suatu saat Muhammad bin Syihab Az-Zuhri dalam safar. Namun beliau tetap berpuasa ‘Asyura. Ditanyakan kepada beliau: Kenapa engkau puasa ‘Asyura saat safar padahal engkau berbuka saat safar di bulan Ramadhan?
Beliau menjawab: Kalau Ramadhan ada waktu lain untuk menggantinya, sedangkan ‘Asyura tidak ada waktu lain untuk menggantinya (Syu’abul Iman). Ini menunjukkan semangat para salaf dalam memanfaatkan musim-musim yang berbarakah. Semoga Allah menganugerahkan kita semua kebaikan dan keberkahannya.
Faedah:
Imam Ibnul Jauzi rahimahullah berkata: “Ada sebagian orang pandir mendengar keutamaan puasa ‘Asyura menghapus dosa setahun, akhirnya dia puasa hingga zhuhur saja lalu makan, seraya mengatakan: Cukuplah untukku enam bulan saja”. (Akhbarul Hamqo wal Mughoffalin)