REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Bacaan maulid nabi Muhammad SAW menggema saban Senin malam di Masjid Al Munawwar, Pancoran, Jakarta Selatan. Ini adalah agenda rutin Jalsatul Itsnain-Majelis Rasulullah SAW. Ribuan jamaah membaca shalawat serta syair-syair yang berisi sejarah perjalanan hidup dan pujian kepada Rasulullah serta keluarganya yang termuat dalam kitab maulid Ahdiya Ulami karya Al Habib Umar bin Salim al Hafidz.
Sejak didirikan oleh (alm) Habib Munzir Al Musawa pada 1998, Majelis Rasulullah (MR) kini telah berkembang pesat. Kehadirannya di Ibu Kota Jakarta serta daerah-daerah lainnya telah menyedot antusias yang begitu besar dan membangkitkan semangat masyarakat untuk terbiasa menghadiri majelis dan membaca maulid.
Menurut Pimpinan MR, Habib Nabiel Al Musawa saat ini MR telah memiliki 11 cabang di berbagai provinsi. Bahkan MR telah semakin meluas hingga ke luar negeri. Saat ini ada 5 cabang MR di luar negeri di antaranya adalah MR Cabang Malaysia, MR Cabang Hongkong, MR Cabang Australia, MR Cabang Singapura, dan MR Cabang Maroko. MR pun tak pernah berhenti mengajak umat Muslim untuk selalu menggemakan maulid dan mempertebal kecintaan kepada Rasulullah SAW.
"Jadi MR semakin berkembang sekarang. Bukan hanya di Jakarta tapi juga ke berbagai Provinsi. Dan dipimpin oleh para habib dan ulama yang juga murid-murid guru mulia Habibana Umar bin Salim al Hafidz dari Hadramaut sehingga kemudian berkembang," kata Habib Nabiel kepada Republika beberapa waktu lalu.
Besarnya daya tarik MR mengajak masyarakat untuk membaca maulid tak bisa dilepaskan dari perjuangan gigih (alm) Habib Munzir Al Musawa. Habib Nabiel mengenang semangat dan kegigihan adik kandungnya itu dalam berdakwah terutama dalam menanamkan kecintaan pada Rasulullah di hati masyarakat Indonesia melalui maulid.
Sepulang menimba ilmu dari tarim Hadramaut Yaman, Habib Munzir kembali ke Tanah Air dan mulai berdakwah. Penuh cinta dan kelembutan, Habib Munzir membimbing masyarakat melalui majelis maulid dari rumah ke rumah, mushala, dan masjid. Dengan jumlah jamaah yang semakin bertambah banyak, Habib Munzir pun memusatkan majelisnya di Masjid Al Munawwar Pancoran. Menariknya menurut Habib Nabiel adik kandungnya itu juga sangat berhasil menggaet generasi muda Ibu Kota untuk menggemakan maulid dan cinta kepada Rasulullah. Itu terbukti dari berbagai acara yang diadakan MR selalu banyak diikuti oleh para generasi muda.
"Kalau habib Munzir justru diajak itu anak-anak muda. Jadi dari anak muda remaja SMP SMA itu mereka sudah asyik dengan dunia tasawuf, asyik berzikir, asyik baca maulid, asyik untuk baca ratib dan melakukan hal-hal yang disunahkan sayyidina Muhammad SAW dari sejak muda," katanya.
Sepak terjang habib Munzir telah memantik semangat para habib dan ulama terlebih para murid Habib Umar bin Salim al Hafidz untuk lebih menggemakan maulid di tengah masyarakat Indonesia. Alhasil MR pun kerap menggelar acara maulid akbar yang melibatkan ribuan hingga ratusan ribu jamaah seperti di Monumen Nasional (Monas), Masjid At Tin, Masjid Istiqlal dan lainnya.
Selain Majelis Rasulullah SAW ada sejumlah majelis lainnya yang memiliki magnet kuat dalam membumikan pembacaan maulid di tengah masyarakat. Seperti Majelis Nurul Mustofa yang didirikan Al Habib Hasan bin Ja’far Assegaf, Majelis Ahbaabul Musthofa Solo yang dipimpin Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf, bahkan para jamaahnya membentuk komunitas bernama Syekhermania. Begitu juga di Pekalongan ada Majelis Kanzus Sholawat yang dipimpin Habib Luthfi bin Yahya serta Majekis Az Zahir yang didirikan Habib Zainal Abidin As-seggaf. Sebab itu menurut pendakwah Habib Sholeh bin Abdul Qadir Al Attas pembacaan maulid nabi saat ini masif dilakukan diberbagai wilayah baik di perkotaan maupun di pedesaan.
"Alhamdulillah pada saat ini atau di jaman sekarang ini umat muslim di kota khususnya di pedesaan beliau sangat senang kalau datangnya bulan maulid atau robbiul awal ber arti telah ada kecintaan dalam hatinya untuk ikut serta dalam keagungan nabi kita Muhammad SAW," katanya.