REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Banyak kisah yang menunjukkan keajaiban mengalamakan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Di antaranya sebuah cerita menarik tentang seorang sufi dan seorang penjahat. Dalam kisah ini, sang sufi menuturkan pengalaman hidupnya tentang keajaiban shalawat.
Seperti diceritakan dalam buku “Hikayat Keajaiban Istighfar dan Shalawat Nabi” karya Fuad Abdurahman, ada seorang penjahat yang menjalani kehidupannya dengan perbuatan maksiat.
Kemudian, ada seorang sufi yang berusaha menasihatinya dan menganjurkan untuk segera bertobat kepada Allah SWT.
Namun, penjahat itu tidak menggubris nasihat sang sufi, bahkan penjahat itu bersumpah akan terus melaksanakan maksiat sampai ajal menjemput. Sang sufi pun beranggapan akan bahwa penjahat itu akan bernasib buruk di akhir hayatnya.
Setelah penjahat itu meninggal dunia, sang sufi juga beranggapan bahwa penjahat yang tidak mau mendengarkan nasihatnya itu akan menerima azab di akhirat. Namun, apa yang terjadi selanjutnya pada si penjahat ini?
Suatu malam, sang sufi bermimpi. Dia melihat sang penjahat menempati posisi yang amat tinggi dan mulia dengan memakai pakaian surga yang hijau, pakaian yang menunjukkan kemuliaan dan kebesaran.
Melihat itu, tentu saja sang sufi merasa heran dan bertanya-tanya apa yang membuat penjahat itu mendapatkan posisi itu. “Apakah gerangan yang menyebabkan engkau mendapatkan martabat setinggi ini,” katanya.
Lalu si penjahat menjawab, “Wahai Syekh, ketika aku hadir di suatu majelis, aku mendengarkan orang alim yang ada di situ berkata, ‘Barang siapa yang bershalawat atas Nabi Muhammad SAW, niscaya menjadi wajib baginya mendapatkan surga’.”
Selanjutnya, orang alim itu mengangkat suaranya demi membacakan shalawat atas Nabi SAW dan aku pun berserta orang-orang yang hadir di sekitarnya mengangkat suara untuk melantunkan shalawat. Maka, pada saat itulah kami semua diampuni dan dirahmati oleh Allah SWT Yang Mahapemurah terhadap nikmat-Nya.