Rabu 20 Jul 2022 04:15 WIB

Dampak Maksiat Seseorang Terhadap Jatuh Bangunnya Peradaban

Maksiat memberikan dampak terhadap ketahanan sebuah peradaban

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Nashih Nashrullah
Pemasangan spanduk antimaksiat di eks Terminal Cilembang, Kota Tasikmalaya (Ilustrasi). Maksiat memberikan dampak terhadap ketahanan sebuah peradaban
Foto: Republik/Rizky Suryarandika
Pemasangan spanduk antimaksiat di eks Terminal Cilembang, Kota Tasikmalaya (Ilustrasi). Maksiat memberikan dampak terhadap ketahanan sebuah peradaban

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Peradaban merupakan salah satu ketetapan Allah SWT yang dipergilirkan kepada umat manusia. 

Ibnu Khaldun, dalam Muqaddimahnya, menjelaskan peradaban, yakni sebagai tujuan pembangunan masyarakat dan sekaligus, pada akhirnya, penyebab kehancuran mereka. Pengertian itu berarti bahwa sang alim memandang perkembangan suatu masyarakat sebagai siklus yaitu ada saatnya lahir, tumbuh, menjadi-kuat, lalu lemah, dan lantas mati. 

Baca Juga

Menariknya, Ibnu Khaldun menyoroti aspek moral sebagai penentu nasib suatu negeri. Kesejahteraan mungkin dapat memenuhi kebutuhan materiel masyarakat, tetapi mereka pun dapat merasa ujub dengan kemegahan yang ada. 

Ketidakmampuan untuk menjaga moral di tengah kemakmuran itu akan menjadikan keadaan negeri kian merosot. 

Menurut perintis ilmu sosial tersebut, perbuatan maksiat yang dilakukan orang per orang di dalam masyarakat tidak seketika meruntuhkan peradaban mereka. 

Akan tetapi, apabila maksiat itu dilakukan penguasa, yakni melalui tirani yang dikukuhkan, itulah jalan mulus untuk menuju kehancuran total. 

Pintu masuknya adalah hukum yang tidak lagi berdaya di hadapan orang-orang penting istana, bahkan sang raja sendiri. 

Konsep asabiyah juga dipakai Ibnu Khaldun untuk menjelaskan siklus peradaban. Pada mulanya masyarakat terbentuk oleh kelompok yang dipersatukan oleh pertalian darah atau nasab yang sama. Mereka juga terikat oleh perasaan saling ketergantungan atau kepercayaan yang sama. 

Lantas, muncul seorang tokoh dengan jumlah dan kualitas pengikut yang banyak dan kuat. Sosok ini kemudian menurunkan dinasti sehingga timbul pemerintahan yang stabil. 

Stabilitas politik melahirkan pembangunan (fisik) yang pesat. Kota-kota tumbuh. Di dalamnya, masyarakat kian terspesialisasi berdasarkan level pengetahuan, profesi, atau keterampilan masing-masing. 

Kemakmuran lantas menimbulkan budaya tinggi dan gaya hidup mewah. Pada momen itulah, tanda-tanda kemunduran mulai tampak sebab, kalangan elite mulai kehilangan moralitas. Hukum hanya tajam bagi kawula biasa. 

Dalam keadaan demikian, masyarakat menjadi rentan terhadap ancaman atau serangan dari luar. Pemerintahnya akhirnya tumbang sendiri atau digantikan dinasti lain yang memiliki latar siklus yang serupa.    

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement