REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Pimpinan Quantum Akhyar Institut, Ustadz Adi Hidayat (UAH) mengatakan seseorang yang telah tertanam ikhlas dalam jiwanya maka berubah dari mukhlis atau orang yang berupaya mewujudkan ikhlas menjadi mukhlas.
Orang yang mukhlas sulit digoda oleh setan. Ini sebagaimana dalam Alquran surat Al Hijr ayat 39-40.
قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ
“Iblis berkata, "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka.”
Kendati demikian seorang yang telah mencapai mukhlas harus terus mempertahankannya dengan cara menjalankan syariat yang bentuknya melalui ibadah.
UAH pun mengatakan di antara untuk mencapai ikhlas adalah dengan terus melatih sholat dengan baik. Bahkan tidak hanya dengan menunaikan sholat fardhu, agar mencapai tingkatan mukhlas seorang hamba juga menambah kesempurnaan sholat fardhunya dengan melaksanakan sholat sunah.
Perlahan-lahan seseorang akan ikhlas dan merasakan kenikmatan dan suasana hati yang nyaman karena mengerjakan sholat.
"Dan kalau sholatnya sudah bagus itu nanti akan ada pancaran. Di antara pancarannya sudah bisa gemar berbagi. Tidak harus diartikan dengan harta. Berbagi perhatian, berbagi ilmu, berbagi petunjuk pada kebaikan, makannya setelah sholat lanjutannya infak," kata UAH.
Lebih lanjut UAH mengatakan cara untuk mencapai ikhlas adalah dengan terus melatih diri berinfak dengan dimulai dari keluarga, kerabat terdekat, anak yatim, fakir miskin, dan orang yang kesulitan perjalanan.
Selain itu dalam berinfak, seorang hamba harus terus melatih diri dengan memberikan infak yang terbaik yang dimilikinya. Mengeluarkan infak yang terbaik diperintahkan Allah SWT sebagaimana dapat dilihat pada Alquran surat Al Baqarah ayat 267.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَنْفِقُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا كَسَبْتُمْ وَمِمَّا أَخْرَجْنَا لَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ ۖ وَلَا تَيَمَّمُوا الْخَبِيثَ مِنْهُ تُنْفِقُونَ وَلَسْتُمْ بِآخِذِيهِ إِلَّا أَنْ تُغْمِضُوا فِيهِ ۚ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Mahakaya lagi Mahaterpuji.”
“Jadi itu gambaran keikhlasan pancarannya itu adalah amal saleh, latihannya lewat apa, lewat amal-amal yang Allah SWT berikan pada kita. Lewat sholat, infak, dan sebagainya," katanya.