REPUBLIKA.CO.ID, - Kebajikan dapat dilakukan siapa saja, tidak memandang kelas sosial ataupun usia. Begitu pula dengan efek yang dihasilkannya.
Dampak positif sering kali dirasakan tidak hanya oleh si pelaku kebaikan, tetapi juga orang-orang di sekitarnya. Bahkan, ganjaran tersebut tidak hanya di dunia, tetapi juga insya Allah SWT kelak di akhirat. Allah SWT berfirman:
هَلْ جَزَاءُ الْإِحْسَانِ إِلَّا الْإِحْسَانُ “Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan (pula).” (QS Ar Rahman ayat 60). Itulah janji-Nya untuk orang mukmin yang beramal saleh.
Kisah berikut ini menggambarkan situasi demikian. Pada zaman dahulu kala, terdapat seorang remaja yang kaya raya. Sayangnya, pemuda Muslim itu suka lalai dari perintah agama. Tidak jarang, dirinya larut dalam pesta pora atau bahkan mabuk-mabukan.
Pada suatu hari, lelaki itu ingin bersukaria bersama dengan kawan-kawannya. Mereka semua melalui malam dengan menenggak minuman keras. Menjelang pagi, tenaga para pemuda itu terkuras habis hingga melalaikan shalat Subuh.
Sang tuan rumah terbangun pada waktu Dhuha. Sambil berjalan sempoyongan, ia berteriak memanggil budaknya. Lantas, pemuda yang sedang setengah sadar itu memberikan uang 4 dirham kepada pembantunya. Itu guna membeli buah-buahan untuk teman-temannya tersebut.
Budak itu dengan sigap menjalankan perintah. Namun, dalam hatinya masih tersirat kegelisahan.
Ia merasa, ingin menasihati tuannya agar berhenti mabuk-mabukan. Sholat lima waktu pun jangan sampai ketinggalan. Apa daya, dirinya terlalu takut untuk berbicara. Sebab, majikannya itu suka menyiksanya apabila sudah terlampau emosi.
Di tengah perjalanan, budak tersebut berpapasan dengan seorang sufi nan alim, Manshur bin Ammar. Ulama itu masyhur sebagai sosok yang zuhud. Doa-doanya mujarab sehingga banyak orang meminta kepada sang mursyid untuk didoakan.
Baca juga: Bukti-Bukti Meyakinkan Mualaf Gladys Islam adalah Agama yang Paling Benar
Setelah menyampaikan salam, si budak terkejut karena tiba-tiba Manshur bin Ammar berkata, “Lakukanlah sedekah dengan 4 dirham.” Tanpa pikir panjang, sang pembantu menitipkan uang dari majikannya itu kepada sang alim untuk disedekahkan.
“Apa doa yang engkau inginkan?” tanya Sang Sufi. Lalu pembantu tersebut menjawab, “Pertama, aku memiliki seorang majikan yang bengis. Aku ingin terlepas darinya. Kedua, aku harap Allah Ta'ala mengganti 4 dirham itu untukku. Ketiga, aku ingin Allah menerima taubat majikan saya. Keempat, saya berdoa, semoga Allah memberikan ampunan untukku, majikanku, orang-orang yang hadir di rumah tuanku itu, serta untuk engkau sendiri.”