REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada zaman tabiin, ada seorang alim yang berpengaruh. Dialah Malik bin Dinar. Tokoh yang terkenal akan sifat zuhud dan warak itu merupakan teladan pada masanya.
Murid Imam Anas bin Malik itu gemar mendirikan shalat tahajud.Baginya, waktu sepertiga malam adalah saatnya meningkatkan kedekatan dengan Allah SWT. Karena itu, ia sering kali terjaga hingga azan Subuh tiba.
Pada suatu hari, kebiasaannya itu dihadapkan pada sebuah peristiwa yang tidak biasa. Malam itu, Malik bin Dinar baru saja mengambil air wudhu di kamar mandi rumahnya. Usai itu, ia hendak menunaikan shalat sunah.
Saat sedang beribadah, ada suara yang terdengar mengganggu kekhusyukannya dari arah kamar belakang. Dengan penuh konsentrasi, Malik bin Dinar pun meneruskan shalatnya. Setelah melakukan salam, ia terus berdoa dan berzikir.
Ternyata, suara gangguan itu tidak kunjung berhenti. Setelah menuntaskan zikirnya, Malik pun bangkit berdiri. Ia berjalan ke arah bagian belakang rumahnya.
Ulama tersebut mendapati seorang pemuda yang mengenakan penutup mulut dan kepala sedang mengacak-acak lemari bajunya. Jelas sekali bahwa tamu tak diundang itu berupaya mencuri sesuatu barang dari rumahnya.
Barangkali, pencuri itu kesal karena tidak menemukan satu pun benda berharga yang pantas dibawanya kabur. Malik membiarkan remaja tersebut. Ia hanya melihat si maling dari kamar tempatnya shalat.
Semua almari, laci, dan kotak penyimpanan yang ada di sana sudah dibukanya. Namun, kantong yang dibawa si pencuri masih kempes saja.
Karena merasa perbuatannya sia-sia, pelaku kejahatan itu hendak keluar diam-diam dari rumah ini.