Selasa 07 Jun 2022 20:05 WIB

Hutang Barat kepada Islam yang Nyaris Tak Pernah Diakui

Barat enggan jujur terhadap besarnya hutang kepada Islam

Sains Islam (ilustrasi). Barat enggan jujur terhadap besarnya hutang kepada Islam

Oleh : Ustadz Yendri Junaidi Lc MA, dosen STIT Diniyyah Puteri Padang Panjang, alumni Al-Azhar Mesir

Kevin Reilly dalam bukunya “A Topical History of Civilization” mengatakan Friedrich II adalah tokoh Eropa pertama yang sangat terpengaruh oleh Islam. Di istananya ia menjamu para ilmuwan Muslim yang merupakan orang dekat Sultan Shalahuddin al-Ayyubi.  

Karena kesukaannya pada Islam, ia dimusuhi Gereja. Bahkan dua kali mereka menjatuhkan hukum ekskomunikasi pada Sang Raja. Apalagi ketika ia menolak desakan Gereja untuk melancarkan Perang Salib ke wilayah Muslim. 

Maka ketika ia wafat pada 1250 M, kalangan gereja merampas dan menguasai seluruh buku dan manuskrip yang dimilikinya yang sebagian besar adalah karya ilmuwan Muslim, baik dalam bahasa Latin maupun Arab. Buku-buku itu mereka simpan di tempat rahasia selama lebih dari 1 abad.  

Buku-buku tersebut telah diterjemahkan ke bahasa Latin. Akan tetapi nama pengarangnya sengaja tidak dimuat. Buku-buku itu sesungguhnya adalah karya Ibnu al-Haitsam, Walad az-Zarqiyal, Ibnu Sina, ar-Razi, al-Bathruji (dalam bahasa latin Alpetragius), Ibnu al-Baithar, Ibnu Zahar, dan ilmuwan-ilmuwan Muslim lainnya. Halaman pertama buku itu sengaja dirobek untuk membuang nama pengarang aslinya. Saat ini ada beberapa lembaga ilmiah di Barat yang mulai mengakui hal tersebut.  

Ketika buku-buku ini dibuka pada khalayak, setelah dipenjara selama lebih dari 1 abad, ide-ide dan pemikiran dalam buku-buku itu dicaplok oleh para ilmuwan Barat yang tersohor seperti Galileo Galilei, Leonardo Da Vinci, dan lain-lain. Demikian diakui Thomas Schuetz dalam film dokumenter tentang “Ilmu-ilmu Yang Tersimpan”. 

Seorang peneliti Barat menulis demikian, “Ditemukan sebuah manuskrip berusia 1350 tahun yang telah diterjemahkan dari bahasa Arab ke bahasa Latin. Manuskrip itu berisi karya ilmuwan astronomi terbesar masa itu, al-Khawajah Nashiruddin ath-Thusi yang membangun observatorium Maragha (terletak di Azerbaijan saat ini). 

Ath-Thusi melahirkan sebuah teori yang dikenal dengan “Muzdawaj ath-Thusi”. Sebuah teori yang nyaris sempurna tentang sistem tata surya. Teori inilah yang mengilhami ahli astronomi terkenal yaitu Nicolaus Copernicus yang kepadanya dinisbahkan revolusi ilmiah terbesar sepanjang sejarah.

Ketika kami bandingkan manuskrip ath-Thusi ini dengan teori Copernicus -sampai data dan simbol-simbol yang digunakan, ternyata sangat persis. Copernicus sendiri baru muncul ke dunia 150 tahun setelah ath-Thusi.” 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement