REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Apakah kita tidak diperbolehkan menunjukkan bakat kita kepada orang lain? Apakah kita berhak mendapatkan popularitas?
Terkadang pujian dari orang lain membawa kegembiraan di hati dan memotivasi untuk berbuat lebih banyak. Tapi khawatir hal itu akan membawa kesombongan.
Ada pengertian kesombongan memandang rendah orang lain. Tetapi terkadang terlintas di benak pemikiran diri lebih baik dalam hal tertentu.
Namun, saat menyangkal hal itu rasanya seperti menyangkal kebenaran. Harus diakui setiap orang memiliki bakatnya masing-masing.
Melansir About Islam, hal ini dapat dijelaskan bahwa semua hal berasal dari Allah SWT. Kita harus mengakui nikmat dan harus bersyukur, bukannya bangga.
Rasa syukur dan kerendahan hati adalah kualitas sejati dari individu yang beriman. Ketika seseorang mulai merasa bangga, dia harus mengubah perasaan itu menjadi rasa syukur. Tidak hanya dalam hal melakukan tindakan yang benar, tetapi juga dalam hal memiliki niat yang benar.
Sebagai Muslim, kita percaya kepada Allah SWT dan kehidupan setelah kematian. Bagi umat Islam, kehidupan yang sebenarnya pada dasarnya dimulai setelah kematian.
Dunia Barat mengatakan “Kamu Hanya Hidup Sekali,” sedangkan sebagai Muslim kita tahu kehidupan yang sebenarnya hanya setelah kematian. Dunia ini hanya untuk menguji kita, dan tidak lain hanyalah ilusi yang lewat.
Nabi Muhammad SAW berkata, “Dunia adalah penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir.” (Tirmidzi)
Ini merujuk pada perbuatan bebas, perbuatan yang jelas-jelas dilarang dalam agama kita, salah satunya adalah kesombongan. Sebelum kita mencoba dan menghindari rasa sombong, kita harus memahami mengapa hal itu tidak diperbolehkan dalam Islam.