Selasa 28 Jun 2022 00:05 WIB

Kisah Jabir Ibn Abdullah dan Kedermawanan Rasulullah SAW yang Luar Biasa

Jabir merupakan putra dari seorang syahid dalam perang Uhud.

Ilustrasi Sahabat Nabi. Kisah Jabir Ibn Abdullah dan Kedermawanan Rasulullah SAW yang Luar Biasa
Foto:

Mengutip artikel di laman Islamweb, salah satu kesempatan yang begitu lekat di benaknya ialah sebuah peristiwa bersama Rasulullah SAW ketika kembali dari pertempuran Thatur-Riqaa' di daerah dekat Najd. Saat itu, unta yang dibawa Jabir adalah unta yang sakit-sakitan dan usianya sudah tua. Unta Jabir terlalu lemah untuk digunakannya bepergian, sehingga para sahabat lain menyalipnya dan meninggalkannya tertinggal di belakang.

Meski Jabir memukulnya dengan keras dengan tongkat, unta itu enggan mempercepat langkahnya. Kala Rasulullah SAW mengetahui unta Jabir yang terlampau pelan untuk mengikuti rombongan, Rasulullah SAW menghampirinya seraya menanyakan apa yang sedang terjadi. "Ada apa Jabir?" tanya Nabi SAW.

"Unta saya sangat lambat sehingga saya tertinggal," Kata Jabir. Rasulullah SAW kemudian berkata, "Beri aku tongkat dan pegang tungganganmu." Nabi SAW kemudian memukul unta itu dengan ringan dengan tongkat, dan setelah itu untanya langsung melompat dan berlari semakin cepat melebihi umumnya unta sehat lainnya. Bahkan, unta Rasulullah pun disalip oleh Jabir.

Sepanjang perjalanan, unta Jabir dan Rasulullah berjalan beriringan. Rasulullah dan Jabir saling bercengkerama. Nabi SAW bertanya, "Bagaimana kamu merasakan untamu sekarang?" Jabir menjawab, "Dalam kondisi terbaik. Berkah Anda telah mencapainya dan saya belum pernah melihatnya berlari secepat hari ini."

Rasulullah sempat menawar untuk membeli unta Jabir. Rasulullah berkata, "Apakah kamu berkenan menjual untamu padaku?"

Jubir berkata, "Saya berikan saja kepada engkau wahai Rasul." Namun Rasulullah menegaskan agar menjual unta itu padanya, karena ia tidak berkenan unta itu diberikan.

"Silakan tawar wahai Rasul," kata Jabir. Rasulullah berkata, "satu dirham." Jabir menjawab, "Jangan wahai Rasul. Saya rugi kalau dijual seharga itu."

Rasulullah kemudian menawar dua dirham, dan Jabir masih enggan menyetujuinya. Tawar-menawar terus terjadi hingga tawaran Nabi mencapai satu kantong dirham atau satu oke (satuan berat) emas. Jabir pun menyepakati harga itu.

"Saya berutang satu oke emas kepada seseorang, jadi saya akan menjualnya kepada Anda dan membayar utang saya," kata Jabir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement