REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Memiliki hati yang bersih merupakan kunci bagi seorang hamba meraih keselamatan di dunia dan akhirat. Sebab akan datang satu masa di mana harta, anak tidak berguna.
Yaitu tidak mampu memberikan pertolongan kepada seorang hamba. kecuali orang tersebut menghadap kepada Allah SWT dengan qolbun salim. Keterangan ini dapat ditemukan dalam Alquran surat Asy Syuara ayat 88-89.
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
“(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.”
Menurut Habib Umar Ibrahim Assegaf yang dimaksud qolbun salim atau hati yang selamat pada pengujung ayat itu yakni salamatus sudur atau selamatnya badan seorang hamba dari penyakit-penyakit hari yang pokok.
Pertama yakni Al kibru atau kesombongan. Menurut Habib Umar, kesombongan merupakan penyakit hati yang pokok yang bisa menghapus nilai pahala segala bentuk amal soleh yang dilakukan seorang hamba.
Habib Umar menjelaskan orang yang sombong sejatinya dalam hatinya telah merasa menjadi Tuhan. Sebagaimana hadits Nabi Muhammad SAW:
إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ “Allah itu indah menyukai sikap berhias. Sombong itu menolak kebenaran dengan takabur dan merendahkan orang lain.” (HR Muslim 275).
Menurut Habib Umar, kesombongan merupakan pokok penyakit hati yang tak nampak, namun akibat bahayanya kesombongan memunculkan penyakit hati lainnya yakni takabur sehingga merendahkan orang lain dan merasa diri paling besar.
"Kesombongan itu tidak kelihatan ada dalam diri kita tapi kalau sudah kelihatan itu takabur. Orang yang sombong dia merasa mutakabir, besar. Tuhan tak akan memberikan pahala pada orang yang sombong," kata Habib Umar saat mengisi kajian di Masjid Raya Bintaro Jaya beberapa hari lalu.
Baca juga: Keutamaan Membaca Surah Al-Kahfi pada Hari Jumat
Pokok penyakit hati yang kedua yakni riya. Habib Umar menjelaskan riya yakni seorang hamba yang berbuat amal soleh tetapi berharap mendapatkan pujian dari orang lain.
Penyakit ini sangat dahsyat dampaknya dalam merusak iman dan kehidupan seorang hamba. Sebab penyakit riya berujung pada tujuan untuk memperoleh apresiasi dari makhluk dan mengesampingkan Allah SWT sebagai tujuan dari tiap amal soleh yang dilakukan. Alhasil, riya tergolong syirik kecil sebab menjadikan selain Allah SWT tujuan.