REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Sesungguhnya termasuk dari kebahagiaan seorang hamba adalah di saat Allah menganugerahkan padanya kecintaan terhadap kekasihNya yang mulia Nabi Muhammad SAW. Bagaimana tidak, kecintaan pada beliau adalah termasuk dari syarat keimanan.
Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallah ‘anhu bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Demi Dzat Yang jiwaku ada di TanganNya, tidaklah salah seorang dari kalian beriman sampai aku lebih ia cintai melebihi (kecintaannya) kepada ayah dan anaknya.” (HR. Bukhari).
"Kita semua mengatakan cinta kepada Nabi SAW dan beliau lebih kita cintai dari pada ayah, anak, dan seluruh manusia. Namun, apakah pengakuan kita ini sudah benar, atau hanya dakwaan kosong belaka? Dan apakah dakwaan kita bernilai di sisi Allah Ta’ala?," kata Muhammad Lathif, Lc dalam Haji dan Cinta Rasulullah.
Para ulama rahimahumullah menyebutkan tanda-tanda dan barometer untuk mengetahui tulus tidaknya kecintaan kita pada Nabi SAW. Tanda yang paling nyata adalah sebagai berikut:
Pertama: Berkeinginan kuat untuk melihat dan bersahabat dengan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, apabila tidak dapat, maka hal itu lebih berat baginya dari pada kehilangan apapun di dunia.
Kedua: Memiliki kesiapan penuh untuk mengorbankan jiwa dan harta dalam membela Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Ketiga: Menunaikan apa yang beliau perintahkan sesuai kemampuan dan menjauhi segala apa yang beliau larang.
Keempat: Membela sunnah dan syariat beliau. Kelima: Banyak bersalawat kepada beliau.
"Apabila tanda-tanda di atas telah ada pada diri seseorang, maka hendaknya ia memuji Allah, karena ia telah dapat mencintai sang kekasih yang mulia, selanjutnya hendaknya ia memohon keteguhan," katanya.
Dan barang siapa belum memiliki sifat-sifat di atas atau sebahagiannya, maka hendaknya ia mawas diri sebelum datang hari hisab. Selanjutnya berusaha keras untuk memprosesnya selama kesempatan masih Allah berikan.
Tanda Pertama Berkeinginan kuat untuk melihat dan bersahabat dengan beliau SAW apabila tidak dapat, maka hal itu lebih berat baginya dari pada kehilangan apapun di dunia. Kaum muslimin di Madinah mendengar bahwa Rasulullah SAW telah keluar dari Makkah untuk berhijrah, maka mereka keluar setiap pagi hari menuju luar/tepi kota, lalu mereka menunggu kedatangan Nabi hingga sinar matahari telah menyengat, baru mereka kembali.
Pada suatu hari ketika mereka telah lama menunggu dan akhirnya mereka kembali ke rumah masing-masing, tiba-tiba naiklah seorang lakilaki Yahudi di atas salah satu bangunan tinggi kota Madinah, kemudian ia melihat Rasulullah SAW dan para sahabat yang berpakaian putih.
Dia pun tak kuasa sampai berteriak dengan sekeraskerasnya, “Wahai bangsa Arab, itu pemimpin yang kalian tunggu-tunggu.” Maka kaum Anshar segera memanggul senjata untuk menemui Rasulullah SAW di gerbang kota Madinah. Nabi SAW berjalan beriringan bersama mereka hingga kemudian tiba di perkampungan Bani ‘Amr bin Auf.” (Shahih Bukhari).
"Betapa besar kerinduan mereka untuk menyambut kekasih yang mulia," katanya.
Tanda kedua kesiapan penuh untuk berkorban jiwa dan harta demi membela kekasih yang mulia. Buku-buku sejarah mengisahkan kepada kita tentang pengorbanan diri para sahabat demi membela Nabi tercinta.
Di antaranya yang terjadi dalam perang Uhud; Imam Ibnu Ishaq berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda pada saat pasukan berada dalam kondisi genting, “Siapa yang bersedia membeli dirinya untuk kami?” Lalu Ziad bin Sakan bersama lima orang Anshar berdiri. Ada yang mengatakan: Dia [Ziad] adalah Umarah bin Ziad bin Sakan. Mereka bertempur untuk melindungi Rasulullah, satu per satu.
Kemudian mereka pun terbunuh hingga tersisa Ziad atau Umarah. Dia terus bertempur sampai terluka parah. Sekelompok kaum muslimin mundur dan menariknya, Rasulullah bersabda, “Dekatkan ia padaku!”, lalu mereka mendekatkannya kepada beliau dan menjadikan kaki beliau sebagai bantalnya. Akhirnya dia meninggal dalam posisi pipinya berada di atas kaki Rasulullah SAW.
Tanda ketiga menunaikan segala perintah Nabi SAW dan menjauhi larangan beliau. Anas bin Malik menceritakan bahwa Rasulullah SAW kedatangan seseorang yang bertanya kepadanya, “Apakah keledai boleh dimakan?” Beliau diam, kemudian datang yang lainnya dan bertanya, “Apakah keledai boleh dimakan?”, beliau masih terdiam, setelah itu datang orang yang ketiga dan bertanya, “Apakah keledai boleh dimakan?” Maka Rasulullah SAW memerintahkan kepada salah seorang untuk menyerukan kepada manusia seruan berikut:
"Sesungguhnya Allah dan RasulNya melarang kalian untuk memakan daging keledai.”
Maka, sertamerta panci yang sedang digunakan memasak (daging keledai) dimatikan, padahal saat itu sedang mendidih dan penuh dengan daging. (HR. Bukhari).
Tidak terpikir oleh mereka untuk mencari-cari alasan, kesempatan, atau keringanan untuk dapat mencicipinya setelah adanya pelarangan itu. Karena mereka mengetahui dengan pasti bahwa prinsip yang paling mendasar dari dari orang yang mencintai adalah menuruti perintah kekasihnya meski harus mengorbankan keinginan dan hawa nafsunya.
Tanda keempat membela sunnah Rasul SAW dan memperjuangkan syariatnya. Secara umum sudah diketahui, bahwa orang yang mencintai sesuatu akan mengerahkan segala yang dimilikinya untuk tujuan yang diperjuangkan oleh kekasihnya.
Rasulullah telah mengorbankan seluruh apa yang Allah berikan kepadanya untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya, dari penghambaan terhadap sesama hamba kepada penghambaan terhadap Tuhan semua hamba. Rasulullah SAW telah berjuang dengan sungguh-sungguh agar kalimat Allah menjadi yang paling tinggi dan kalimat kufur berada di dasar terendah.
Beliau berperang sehingga tidak ada lagi fitnah (kemusyrikan) dan agama ini semuanya hanya milik Allah semata. Orang-orang yang mencintai Rasul akan mengikuti jejak dan petunjuknya, dan akan mengambil keteladanan dari sejarahnya.
Mereka telah dan masih akan terus mengerahkan semua kekuatan dan kemampuan yang mereka miliki, baik harta maupun nyawa untuk tujuan yang diperjuangkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Tanda kelima Banyak bersalawat kepada Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam Allah berfirman yang artinya: “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatNya bersalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (Surah Al Ahzab ayat 56).
Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang bersalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bersalawat untuknya 10 kali.” (HR. Muslim).
Beliau juga bersabda: “Perbanyaklah salawat kepadaku pada hari dan malam Jumat, karena barang siapa yang bersalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bersalawat kepadanya 10 kali.” (HR. Al-Baihaqi). Beliau juga bersabda: “Kecelakaan atas seorang hamba yang ketika namaku disebut di sisinya lantas dia tidak bersalawat kepadaku.” (HR. Tirmidzi).