REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Idul Fitri telah tiba dengan ditandai masuknya Syawal. Umat Islam telah melewati Ramadhan yang mulia dengan harapan dapat memetik kebaikan di dalamnya dan terus meneruskan kebaikan tersebut memasuki Syawal hingga seterusnya.
Wakil Ketua Umum PP Persatuan Islam (Persis), Ustadz Jeje Zaenudin mengatakan, ibadah-ibadah di bulan Syawal merupakan sebuah amal kebaikan yang sayang jika dilewati umat Islam. Salah satu ibadah yang khas pada bulan tersebut adalah puasa Syawal.
“Makna puasa Syawal itu sendiri adalah puasa enam hari di bulan Syawal setelah selesai menunaikan puasa di bulan Ramadhan. Hal itu dalam rangka menjaga kontinyuitas puasa Ramadhan agar tidak berhenti dari puasa secara total,” kata Ustaz Jeje yang merupakan Ketua MUI Bidang Seni dan Budaya ini saat dihubungi beberapa waktu lalu.
Dia menjabarkan mengenai keutamaan puasa enam hari di bulan Syawal menurut hadis Nabi. Yakni melengkapi keutamaan pahala puasa Ramadhan, Rasulullah SAW bersabda:
من صام رمضان ثم أتبعه ستاً من شوال كان كصيام الدهر “Barang siapa puasa Ramadhan lalu diikuti puasa enam hari di bulan Syawal maka dia laksana puasa setahun penuh,”.
Pada hakikatnya, dia mengingatkan, setiap kebaikan pada dasarnya akan dilipatgandakan sebanyak sepuluh kali lipat. Satu bulan Ramadhan laksana 10 bulan, sedangkan enam hari puasa Syawal laksana dua bulan. Maka, kata dia, seluruhnya laksana satu tahun.
Pihaknya menekankan, salah satu yang dapat mendoorng ibadah seorang hamba termasuk pada puasa Syawal adalah kesadaran. Yakni kesadaran mengenai kebutuhan manusia akan karunia dan pahala Allah bagi keselamatan dan kenikmatan yang abadi di kehidupan akhirat kelak.
Tanpa keimanan akan adanya kehidupan akhirat yang menjadi balasan dan kelanjutan kehidupan dunia, dia melanjutkan, manusia akan sulit memiliki motivasi untuk beramal shaleh dan beribadah.
Dai sekaligus akademisi dan juga penulis buku motibasi dari Penerbit Republika, KH Masyhuril Khamis, mengatakan, puasa Syawal adalah salah satu puasa sunnah yang sangat dianjurkan. Puasa Syawal, kata dia, dapat dikatakan sebagai pelengkap kekurangan-kekurangan yang ada pada puasa Ramadhan yang dilakukan umat Muslim.
“Sebab tentunya, di bulan Ramadhan meskipun kita berpuasa penuh namun terkadang bisa meninggalkan hal-hal yang sebaiknya dihindari. Seperti mejaga hati, menjaga pandangan, menjaga lisan, dan lain sebagainya,” kata dia semberi menukilkan hadits Rasulullah SAW:
اُنْظُرُوْا هَلْ لِعَبْدِيْ مِنْ تَطَوُّعٍ، فَيُكَمَّلُ مِنْهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ الفَرِيْضَةِ ؟ ثُمَّ تَكُوْنُ سَائِرُ أعْمَالِهِ عَلَى هَذَا
“Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki sholat sunnah. Maka disempurnakanlah apa yang kurang dari sholat dan wajibnya, kemudian begitu pula dengan seluruh amalnya.” (HR Tirmidzi).
Dia menekankan bahwa keutamaan dari puasa Syawal sangatlah besar. Bahkan dikatakan bahwasannya siapa yang berpuasa enam hari pada Syawal sama seperti berpuasa setahun penuh. Di sisi lain pihaknya juga menyampaikan, puasa enam hari pada Syawal ini tidak harus dilakukan pada tanggal tertentu ataupun berurutan.
Untuk itu, kata Kiai Masyhuril, jika seseorang ingin mendapatkan cinta Allah SWT maka seyoganya bagi dia memperbanyak ibadah sunnah, termasuk puasa Syawal. Sebab Allah SWT mencintai hamba-Nya yang banyak melakukan ibadah sunnah. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
وَمَا يَزالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ
“Dan senantiasa hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnah sehingga aku mencintainya.” (HR Bukhari). Beliau berpesan kepada setiap umat Islam agar tetap menjaga ibadah sunnahnya, maka berkawanlah dengan orang yang baik dan alim, serta terus menjaga diri dari makanan dan hal-hal yang syubhat.
Pakar Ilmu Alquran KH Ahsin Sakho menambahkan, apabila umat Islam meninggalkan Ramadhan maka hendaknya mengambil ibadah-ibadah sunnah yang ada di bulan Syawal. Sebab, kata beliau, terdapat banyak sekali kebaikan-kebaikan di bulan Ramadhan yang sayang jika tidak dilakukan di bulan Syawal dan seterusnya.
“Agar kita selalu istiqomah dalam ibadah, setelah berlalunya Ramadhan maka alangkah baiknya ibadah-ibadah sunnah dan amalan kebaikan tetap dikerjakan,” kata dia.
Imas Damayanti