REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ulama asal Turki, Badiuzzaman Said Nursi mengungkapkan orang yang hemat tidak akan ditimpa oleh kemiskinan dan kelaparan sebagaimana hal itu disebutkan oleh hadits.
Nabi Muhammad SAW bersabda, “Orang yang hidup hemat tidak akan miskin”.
Menurut Nursi, ada berbagai bukti nyata yang menunjukkan hidup hemat menjadi sebab diturunkannya keberkahan dan sebagai asas kehidupan yang lebih baik. Di antaranya adalah pengalaman Nursi sendiri serta pengakuan orang-orang yang telah membantu dan menemaninya dalam menjalankan tugasnya.
“Kadangkala aku dan beberapa teman mendapatkan sepuluh kali lipat keberkahan karena sikap hemat tadi,” kata Nursi dalam bukunya yang berjudul Misteri Puasa, Hemat, dan Syukur terbitan Risalah Nur Press.
Bahkan, ketika beberapa pimpinan suku yang diasingkan bersama Nursi ke Burdur memaksa Nursi untuk menerima zakat harta mereka dengan tujuan agar Nursi tidak jatuh miskin karena uangnya yang sedikit.
Lalu, Nursi berkata kepada para pimpinan yang kaya raya itu, “Meskipun uangku sangat sedikit, namun aku bisa hidup hemat. Aku terbiasa merasa cukup sehingga aku tidak membutuhkan bantuan kalian,” ucap Nursi.
Akhirnya, Nursi menolak tawaran mereka yang berulang-ulang tersebut. Menurut Nursi, patut untuk diperhatikan, ternyata sebagian besar orang-orang yang menawarkan zakat mereka kepadanya itu dua tahun kemudian dililit utang karena tidak mau bersikap hemat.
“Sebaliknya, berkat sikap hemat, uangku yang sedikit tadi alhamdulillah masih cukup hingga tujuh tahun berikutnya. Aku tidak perlu menjatuhkan harga diriku, tidak sampai meminta bantuan orang, dan masih tetap bisa berpegang pada prinsip hidupku, yaitu al-istighna (tidak bergantung kepada orang lain),” kata Nursi.
Nursi menjelaskan, orang yang tidak bersikap hemat akan jatuh pada kehinaan serta akan tergelincir ke dalam jurang kerendahan. Harta yang dipergunakan untuk hidup berlebihan pada zaman sekarang ini merupakan harta yang mahal dan sangat berharga. Sebab, kadangkala ia harus dibayar dengan kehormatan dan harga diri.
Bahkan, tambah Nursi, seringkali kesucian agama dipertaruhkan hanya untuk mendapatkan uang yang sial. Dengan kata lain, seseorang berusaha mendapat beberapa rupiah lewat cara menggadaikan ratusan juta harta maknawinya.
“Padahal kalau manusia mau membatasi diri pada kebutuhan pokoknya dan hanya berkonsentrasi padanya, ia akan mendapatkan rezeki yang akan menjamin kelangsungan hidupnya dari tempat yang tak disangka-sangka,” jelas Nursi.
Hal ini sesuai dengan kandungan firman Allah:
اِنَّ اللّٰهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِيْنُ
“Sungguh Allah, Dialah Pemberi rezeki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.” (QS Adzirat: 51:58)
Bahkan secara tegas dan pasti ayat berikut memberikan jaminan tersebut:
وَمَا مِنْ دَاۤبَّةٍ فِى الْاَرْضِ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ رِزْقُهَا
“Dan tidak satupun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya.” (QS. Hud 11:6)
n.Muhyiddin