REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Manusia membutuhkan istirahat tidur dalam kesehariannya usai beraktivitas. Namun bagaimana orang yang memandang tidur adalah sebagai bagian dari ibadah ketika puasa, benarkah demikian?
"Sering kita dengar sebagian ustadz atau mubaligh menyampaikan bahwa tidurnya orang puasa itu ibadah, sehingga dijadikan hujjah oleh sebagian kalangan untuk banyak tidur di bulan puasa. Ketahuilah wahai saudaraku bahwa hadits yg menjadi pijakan adalah tidak shahih," kata Pimpinan Pesantren Al Furqon Al Islami Gresik, Ustadz Abu Ubaidah Yusuf.
صَمْتُ الصَّائِمِ تَسْبِيْحٌ, وَنَوْمُهُ عِبَادَةٌ ,وَدُعَاؤُهُ مُسْتَجَابٌ , وَعَمَلُهُ مُضَاعَفٌ
Diamnya orang yang puasa adalah tasbih, tidurnya adalah ibadah, doanya mustajab dan amalnya dilipatgandakan.
Ustadz Abu Ubaidah menjelaskan, Hadits ini derajatnya Lemah Sekali. Diriwayatkan ad-Dailami 2/253 dari Rabi' bin Badr dari Auf al-A'rabi dari Abul Mughirah al-Qawwas dari Abdullah bin Umar secara marfu'. Sanad ini lemah sekali, sebab Rabi' bin Badr adalah seorang rawi yang ditinggalkan haditsnya.
Di antara dampak negatif hadits ini adalah menjadikan sebagian orang malas dan banyak tidur di bulan puasa dengan alasan hadits ini.(Ahadits Muntasyiroh Lam Tatsbutu, karya Ahmad bin Abdullah as-Sulami hal. 366).
Ustadz Abu Ubaidah mengungkapkan, Syaikh Ibnu Utsaimin pernah ditanya tentang seorang yang ketika bulan puasa, dia tidur sepanjang hari, bagaimana hukumnya? Dan bagaimana juga kalau dia bangun untuk melakukan kewajiban lalu tidur lagi? Maka beliau menjawab: Pertanyaan ini mengandung dua permasalahan:
Pertama: Seorang yang tidur seharian dan tidak bangun sama sekali, tidak ragu lagi bahwa dia telah bermaksiat kepada Allah dengan meninggalkan sholat, maka hendaknya dia bertaubat kepada Allah dan menjalankan shalat tepat pada waktunya.
Kedua: Seorang yang tidur tetapi bangun menjalan shalat secara berjama'ah kemudian tidur lagi dan seterusnya, hukum orang ini tidak berdosa (dan tidak batal puasanya -pent) hanya saja luput darinya kebaikan yang banyak, sebab orang yang berpuasa hendaknya menyibukkan dirinya dengan shalat, dzikir, doa, membaca Alqur'an dan sebagainya sehingga mengumpulkan beraneka macam ibabah pada dirinya.
Maka nasehatku kepada orang ini agar tidak menghabiskan waktu puasanya dengan banyak tidur, tetapi hendaknya bersemangat dalam ibadah.
"Namun, jangan dipahami dari penjelasan di atas, bahwa orang yang sedang berpuasa tidak boleh tidur, itu pemahaman yang keliru, bahkan kalau seorang tidur sekedarnya dan meniatkan dengan tidurnya untuk istirahat, mengembalikan stamina tubuh, menyegarkan semangat ibadah, dan agar tidak ngantuk dalam sholat malam atau tarawih maka dia telah melakukan ibadah dan diberi pahala atas niatnya," kata Ustadz yang juga Lulusan Markaz Dakwah Syeikh Utsaimin, Unaizah, Gassim, Arab Saudi 2004-2008 ini.
Hal ini sebagaimana ucapan salah seorang sahabat Nabi:
أَمَّا أَنَا فَأَنَامُ وَأَقُوْمُ, وَأَرْجُوْ فِيْ نَوْمَتِيْ مَا أَرْجُوْ فِيْ قَوْمَتِيْ
"Adapun saya, maka saya tidur dan bangun. Dan saya berharap dalam tidur saya (karena niat tidurnya adalah untuk semangat ibadah berikutnya) apa yang saya harapkan dalam bangun (shalat) saya." (HR Bukhari dan Muslim)