REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Tanpa sadar perbuatan syirik telah dilakukan oleh banyak umat Islam. Syirik adalah menjadikan sekutu atau tandingan bagi Allah Ta'ala dalam hal Rububiyyah dan Ulubiyyah-Nya.
Ustadz Siroj Hardian Lc dalam bukunya "Bahaya Syirik" mencontoh syirik dalam Rububiyyah Allah adalah meyakini adanya pencipta, pemberi rizki, atau pengatur alam semesta selain Allah Ta'ala.
Rububiyyah Allah adalah MengEsakan Allah dalam semua perbuatan-Nya, seperti menghidupkan, mematikan, memberi berkah, menyelamatkan, memberi rizki dan lain seba-gainya. Uluhiyyah Allah adalah MengEsakan Allah ketika hambaNya beribadah, seperti, shalatnya, puasanya, hajinya, zakatnya, ikhlashnya, harapnya, takutnya dan ibadah lainnya.
Tentang larangan syirik Allah SWT dalam surah Saba ayat 22 berfirman yang artinya:
"Katakanlah (Mubammad), serulah mereka yan kalian anggap (sebagai tuhan) selain Allah! Mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat dzarrah pun di langit dan di bumi dan mereka sama sekali tidak mempunyai peran serta dalam (penciptaan) langit dan bumi, dan tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya."
Adapun contoh syirik dalam Uluhiyyah Allah adalah beribadah atau berdo'a kepada selain Allah disamping ia juga beribadah kepada Allah, baik dalam bentuk doa ibadah maupun doa masalah (permintaan). Semua ibadah pada dasarnya adalah do'a, karena setiap orang yang ikhlash dalam beribadah, tentulah ia berharap agar ibadahnya diterima.
"Adapun doa mas-alah (permintaan) adalah permohonan yang ia panjatkan dalam urusan dunia dan akhiratnya kepada Allah," katanya.
Ustadz Siroj Hardian menyampaikan, bahwa syirik yang banyak terjadi di kalangan manusia adalah syirik dalam hal Uluhiyyah Allah, yakni syirik dalam hal ibadah. Maka barang siapa memalingkan satu macam ibadah kepada selain Allah, berarti ia telah berbuat syirik.
Dalam surah Al-Muminun ayat 117 Allah Ta'ala berfirman:
“Dan barang siapa menyembah tuhan yang lain selain Allah, padahal tidak ada suatu bukti pun baginya tentang itu, maka perhitungannya hanya pada Rabbnya. Sungguh orang-orang kafir itu tidak akan beruntung.”
Adapun makna ibadah secara umum adalah sebagaimana yang dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah: “Ibadah adalah sebuah nama yang mencakup apa-apa yang dicintai dan diridhai oleh Allah Ta'ala, baik yang berupa perkataan maupun perbuatan, yang lahir maupun yang batin, seperti rasa takut, tawakkal, shalat, zakat, puasa, dan selainnya yang termasuk syari'at Islam.”
Syirik dikatakan dosa besar yang paling besar dan kezhaliman yang paling besar, karena ia menyamakan makhluk dengan Khaaliq (Allah) pada hal-hal yang khusus bagi Allah Ta'ala. Barang siapa yang menyekutukan Allah dengan sesuatu, maka ia telah menyamakannya dengan Allah dan ini adalah kezhaliman yang paling besar.
Dalam surah Luqman ayat 13 Allah Ta'ala berfirman yang artinya:
"Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutu kan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) itu adalah benar-benar kezaliman yang besar."
Zhalim adalah meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya. Barang siapa menyembah selain Allah Ta'ala berarti ia meletakkan ibadah tidak pada tempatnya dan memberikannya kepada yang tidak berhak, dan itu merupakan kezhaliman yang paling besar.
Allah SWT tidak akan mengampuni orang yang berbuat syirik kepada-Nya, apabila ia mati dalam kesyrikannya dan tidak bertaubat kepada Allah, sebagaimana firman-Nya dalam surah An-Nisa ayat 48 yang artinya.
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa karena mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni dosa selainnya (selain syirik) bagi siapa yang Dia kebendaki. Barang siapa mempersekutukan Alla, maka sungguh, dia telah berbuat dosa yang besar."