REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Selama hidupnya Nabi Muhammad SAW memiliki sahabat dengan latar belakang yang berbeda-beda. Mulai dari pekerja, pengusaha, orang miskin dan kaya bahkan orang-orang yang mencurahkan hidupnya untuk agama yang disebut dengan ahl ash suffah.
Yakhsyallah Mansur dalam bukunya Ash-Shuffah menuliskan, dalam menggambarkan kehidupan ahl ash-Shuffah ini, Abu Nu'aim berkata, mereka adalah orang-orang yang terjaga dari kecenderungan dunia, terpelihara dari kelalaian terhadap kewajiban dan menjadi panutan kaum miskin dalam menjauhi keduniaan.
Mereka juga tidak memiliki keluarga dan harta benda. Aktivitas bisnis dan peristiwa yang berlangsung di sekitar mereka tidak melalaikan mereka dari mengingat Allah SWT. Mereka tidak disedihkan oleh kemiskinan materi dan mereka tidak digembirakan.
"Kecuali oleh sesuatu yang dapat menguatkan mereka untuk meraih kebahagiaan hidup di akhirat," katanya.
Kebahagiaan mereka adalah bersama Tuhan mereka dan kesedihan mereka adalah apabila waktu terlewat tanpa dapat digunakan untuk beribadah dan membaca wirid mereka. Ketika menafsirkan ayat tentang ahl ash-Shuffah surah al-Baqarah ayat 273, Ahmad Musthafa al-Maraghi menyatakan bahwa ahl ash-Shuffah memiliki lima keistimewaan sebagai berikut:
Pertama, terikat di Jalan Allah SWT Yang dimaksud terikat "di jalan Allah" adalah mengonsentrasikan diri untuk berjihad dan semua pekerjaan yang diridhai Allah. Sebab apabila mereka sibuk bekerja seperti yang lain niscaya hal-hal yang berhubungan dengan kemaslahatan umat akan terbengkalai.
Kedua tidak memiliki kesempatan bekerja dan berusaha di bumi. Hal ini disebabkan sakit atau mempertahankan diri dari serangan musuh. Jadi, mereka tidak bekerja bukan karena malas atau tidak ada pekerjaan.
Ketiga, menjaga kehormatan dan sangat menahan diri. Artinya tidak memiliki keinginan terhadap materi yang dimiliki oleh orang lain. Sikap ini yang menyebabkan orang-orang yang tidak tahu menyangka mereka adalah orang kaya yang tidak memerlukan bantuan orang lain.
Keempat, memiliki ciri-ciri khusus yang hanya diketahui oleh orang mukmin yang dermawan dan berfirasat halus. Karena kemiskinannya, ahl ash-Shuffah se-benarnya sangat membutuhkan bantuan. Hanya karena mereka sangat menjaga kehormatan, mereka bertahan menutupi kemiskinannya agar tidak di-ketahui oleh orang. Namun orang yang memiliki firasat yang halus mengetahui bahwa sebenarnya mereka sangat membutuhkan bantuan.
Lima, tidak minta-minta kepada orang lain dengan mendesak-desak. Mereka pantang meminta-minta seperti pengemis yang merengek-rengek minta dikasihani orang lain.
Jadi bagaimanapun kesusahan yang menimpa me-reka namun ahl ash-Shuffah sangat pantang meminta, sebab mereka memiliki sifat iffah (kehormatan) se-bagaimana yang disebut pada poin ketiga di atas.