REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Allah SWT telah menganugerahkan keutamaan dan kebaikan kepada nabi Daud dan nabi Sulaiman dengan nikmat yang begitu agung dan mulia serta paling utama. Yakni nikmat nubuwah (nikmat kenabian). Selain itu keduanya juga mendapat nikmat kekuasaan, Nabi Daud dan nabi Sulaiman adalah raja yang memiliki singgasana, rakyat yang banyak, orang-orang setia yang membantunya. Nabi Daud dan nabi Sulaiman juga mendapat nikmat berupa ilmu yang bermanfaat. Keduanya menerima nikmat-nikmat tersebut dengan rasa syukur kepada Allah SWT. Dan menggunakan nikmat-nikmat tersebut sebagaimana tujuan penciptaannya. Allah SWT berfirman:
وَلَقَدْ آتَيْنَا دَاوُودَ وَسُلَيْمَانَ عِلْمًا ۖ وَقَالَا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي فَضَّلَنَا عَلَىٰ كَثِيرٍ مِنْ عِبَادِهِ الْمُؤْمِنِينَ
Dan sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman; dan keduanya mengucapkan: "Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hambanya yang beriman. (Alquran surat An Naml ayat 15)
Pakar tafsir Alquran yang juga pengasuh Pondok Pesantren Bayt Alquran-Pusat Studi Alquran Jakarta, ustaz Syahrullah Iskandar menjelaskan kata fadhola dalam ayat di atas bermakna menunjukkan adanya kelebihan dibanding orang lain.
"Ini menyiratkan sebenarnya bahwa kekayaan, kepintaran, ilmu itu bisa saja dimiliki selain mereka (nabi Daud dan Sulaiman). . Yang hanya tidak dimiliki (oleh orang lain) adalah kenabian. Inilah yang dimiliki nabi Daud dan Sulaiman. Ia dianugerahkan kenabian, kekuasan, ia juga dianugerahkan dengan ilmu. Sehingga mampu memecahkan permasalahan-permasalahan secara bijak dan mampu memberikan kemaslahatan kepada orang banyak," kata usatz Syahrullah dalam kajian Kitab Qissah fil Al Quran Al Karim karya Sayyid Muhammad Tantawi tang diselenggarakan Nasaruddin Umar Office beberapa hari lalu secara virtual.
Karena itu pula, nabi Sulaiman berdoa atas setiap anugerah dan nikmat yang diberikan Allah padanya. Doa nabi Sulaiman ini dapat ditemukan pada surat An Naml ayat 19.
فَتَبَسَّمَ ضَاحِكًا مِنْ قَوْلِهَا وَقَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَىٰ وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ
maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa: "Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh (Alquran surat An Naml ayat 19).
Ustaz Syahrullah yang juga dosen Tafsir Alquran Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta menjelaskan bahwa dari ayat tersebut dapat dipahami setiap kebaikan yang diperoleh itu dari rahmat Allah. Ini menunjukan bahwa para nabi pun senantiasa memohon untuk diarahkan supaya mampu mensyukuri nikmat-nikmat Allah dan berbuat kebaikan.
Pada ayat lainnya nabi Sulaiman mengatakan bahwa apa yang dimilikinya adalah karunia dari Allah SWT
قَالَ الَّذِي عِنْدَهُ عِلْمٌ مِنَ الْكِتَابِ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ ۚ فَلَمَّا رَآهُ مُسْتَقِرًّا عِنْدَهُ قَالَ هَٰذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ ۖ وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ ۖ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ
Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia (Alquran surat An Naml ayat 40).
"Jadi karunia yang kita peroleh apapun bentuknya itu adalah ujian kepada kita, untuk apa? Apakah kita bersyukur dengan nikmat tersebut atau kufur," katanya.