Senin 21 Mar 2022 18:23 WIB

Menelusuri Jejak Islam Lewat Tujuh Masjid Bersejarah di Ukraina

Ukraina pernah memiliki 1.500 masjid.

Rep: Mabruroh/ Red: Ani Nursalikah
Masjid Sultan Suleiman di Kota Mariupol Ukraina. Menelusuri Jejak Islam Lewat Tujuh Masjid Bersejarah di Ukraina
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Ukraina pernah memiliki 1.500 masjid yang tersebar di seluruh negara bekas Uni Soviet itu. Jumlah itu telah menurun, tetapi masih ada beberapa masjid yang luar biasa, yang telah bertahan selama satu abad perang, pergolakan, dan penganiayaan agama.

Islam secara resmi diperkenalkan ke Ukraina ketika penguasa Mongol yang dikenal sebagai Golden Horde, masuk Islam pada awal abad ke-14. Fragmentasi Horde pada akhir abad ke-15 memunculkan Khanate Krimea, sebuah negara yang diperintah oleh keturunan Tatar dari bangsa Mongol.

Baca Juga

Awalnya Khanat berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Ottoman sebelum dianeksasi oleh Kekaisaran Rusia. Setelah penggabungan mereka ke dalam Kekaisaran Rusia, komunitas Muslim di Krimea mulai pindah ke bagian lain Ukraina, terutama ke kota-kota selatan dan timur, seperti Donetsk, Luhansk, dan Kharkiv, di mana Tatar menetap pada awal tahun 1840-an.

Namun, setelah aneksasi oleh Kekaisaran Rusia pada 1783, kebijakan Rusifikasi menyebabkan kampanye ekstensif untuk mengurangi pengaruh Islam di wilayah tersebut. Beberapa masjid diubah menjadi gereja, seperti Masjid Mufti Jami abad ke-17 di kota Theodosia, Laut Hitam. 

Sejarawan seni Nicole Nur Kanchal menyatakan pernah ada sebanyak 1.474 masjid di wilayah tersebut, dibandingkan saat ini yang hanya 160 masjid. Muslim, bersama dengan kelompok agama lain termasuk Kristen, menghadapi penganiayaan lebih lanjut di bawah Bolshevik setelah Revolusi Oktober pada 1917.

Selama pemerintahan pemimpin Soviet Joseph Stalin, masjid-masjid ditutup dan Tatar Krimea Ukraina diusir ke Asia Tengah. Setelah jatuhnya Uni Soviet dan berdirinya Ukraina yang merdeka, umat Islam di negara itu mulai menikmati kebangkitan dengan dibukanya kembali masjid-masjid dan mereka yang diasingkan diizinkan kembali ke rumah. Akan tetapi, jumlah Muslim di negara itu tetap kecil, serendah satu persen dari populasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement