REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Di samping sebagai utusan Allah SWT, Nabi Muhammad SAW juga seorang pendidik. Hal ini ditegaskan oleh Allah beberapa kali dalam Alquran, antara lain-yang artinya.
"Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab (Alquran) dan al-Hikmah (as-Sunnah) serta menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana," (al-Baqarah ayat 129).
Yakhsyallah Mansur dalam bukunya Ash-Shuffah menjelaskan, ayat ini merupakan doa Nabi Ibrahim as. agar dari keturunannya lahir seorang yang dapat mengembangkan agama dan mengajarkan ilmu pengetahuan dalam membina moral manusia.
Doa ini dikabulkan oleh Allah dengan mengutus Nabi Muhammad SAW sebagai penutup para Nabi dan Rasul sekaligus sebagai seorang pendidik.
"Rasulullah yang mengajarkan berbagai perilaku positif dengan contoh dan teladan yang baik (yang artinya) "Sebagaimana (Kami telah menyem-purnakan nimat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan menyucikan kamu dan mengajarkan kepadamu al-Kitab dan al-Hikmah (As Sunnah), serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui," (al-Baqarah ayat 151).
Pada ayat ini, Allah menjelaskan bahwa tugas Rasulullah SAW adalah membacakan ayat-ayat Allah, membersihkan jiwa manusia, mengajarkan al-Kitab dan al-Hikmah dan hal-hal yang belum diketahui oleh manusia.
Mengajarkan al-Kitab bukan hanya mengandung pengertian mengajarkan Alquran tetapi juga mengajarkan menulis yang merupakan arti bahasa dari kata al-Kitab.
Menurut Muhammad Abduh (1265 H 1849M-1323H /1905M, pengertian yang terakhir ini lebih pentingnya peran tulisan bagi kemajuan peradaban umat manusia." Sedang mengajarkan al-Hikmah adalah mengalarkan rahasia-rahasia hukum agama dan manfaatnya untuk mendorong manusia agar melaksanakannya.
Pada ayat lain, Allah SWT dalam surah Ali 'Imran ayat 79 berfirman yang artinya:
"Tidak wajar bagi seorang manusia yang Allah berikan kepadanya al-Kitab, hikmah, dan kenabian lalu dia berkata kepada manusia, Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah," akan tetapi (dia berkata), Hendaknya kamu menjadi orang yang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya,"
Pada ujung ayat ini disebutkan bahwa tugas para nabi termasuk Nabi Muhammad SAW adalah sebagai pendidik yang mengajarkan bagaimana cara manusia mendekati Allah dengan berbagai macam ibadah yang diajarkan oleh Allah sendiri dengan perantara rasul itu. Para Nabi tidak menyuruh pengikutnya menjadi penyembah dirinya tetapi menuntun agar manusia itu menjadi orang yang sangat dekat dengan Tuhan.
Pada ayat ini, orang yang sangat dekat dengan Tuhan disebut sebagai Rabbani. Tingkat Rabbani ini dapat dicapai dengan mengajarkan ayat-ayat Allah dan tidak berhenti mempelajarinya.
Allah SWG dalam surah Ali Imran ayat 164 juga berfirman yang artinya:
"Sungguh Allh telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Alah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada nereka ayat-ayat Allah, membersihkan(jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada merekn al-Kita dan al-Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum kedatangan nabi itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata."