Jumat 11 Mar 2022 05:40 WIB

Juwayriyah Binti Al Harits, dari Tawanan Perang Menjadi Istri Rasulullah SAW

Juwayriyah menghabiskan sebagian besar waktunya dalam ibadah dan berdzikir.

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Ani Nursalikah
Ilustrasi istri Nabi Muhammad. Juwayriyah Binti Al Harits, dari Tawanan Perang Menjadi Istri Rasulullah SAW
Foto:

Dia menyetujui jumlah untuk kebebasannya, tetapi tidak tahu bagaimana dia, yang dulunya putri seorang kepala suku sekarang menjadi budak yang tidak punya uang dapat memperoleh kekayaan seperti itu. Tetap saja dia tidak menyerah di bawah beban nasib yang dirasakannya.  Dia mengajukan permohonan dan bersikeras melihat Nabi Muhammad SAW, satu-satunya pria yang dia kenal yang bisa membantunya.  

Sayyidah Aisyah menceritakan, ketika Rasulullah SAW sedang duduk, tiba-tiba Juwariyah masuk menanyakan kepadanya tentang perjanjian tebusan (dengan Thaabit). Dia kemudian mulai berbicara kepada Nabi, "Ya Rasulullah! Saya Juwayriyah, putri al-Haarith – pemimpin kaumnya. Anda tidak menyadari apa yang telah terjadi pada saya. Saya termasuk dalam bagian Tsabit ibn Qays dan setuju dengannya untuk menebus diri saya dengan sembilan Ooqiyah. Jadi bantu saya untuk membebaskan diri saya sendiri."

Peristiwa ketika dia menuntut untuk berbicara dengan Nabi SAW ini yang menyebabkan dia masuk Islam dan mengantarkan ke pernikahannya dengan Nabi.

Sifat setia dan membela rakyat

Desakan Juwayriyah RA untuk memperbaiki keadaannya ketika dia menemukan dirinya dan orang-orangnya menjadi tawanan perang bukan hanya untuk dirinya sendiri.  Dia tahu bahwa dia, seorang anggota berpengaruh dari sukunya, memiliki kewajiban kepada rakyatnya karena posisinya memiliki bobot.

Sementara tidak ada orang lain dari sukunya yang melangkah untuk menyelamatkan mereka dari penangkaran. Jadi, dia mengambil tanggung jawab itu di atas pundaknya sendiri.  

Aisyah berkata: “Ketika berita pernikahan ini sampai kepada orang-orang, mereka mulai berkata, 'Apakah mertua Nabi akan dijadikan tawanan?!' Kemudian orang-orang membebaskan semua tawanan yang bersama mereka dari suku Banu al- Mustaliq, dan jumlah yang dibebaskan mencapai seratus rumah tangga karena pernikahan Nabi dengan Juwayriyah."

Kesetiaan Juwayriyah kepada umatnya dan rasa tanggung jawabnya kepada mereka mendorongnya untuk berbicara dengan Nabi (SAW).  Menerima dia sebagai suaminya adalah manuver politik untuk memperbaiki keadaan rakyatnya. Tapi cintanya kepada agama Islam kemudian menjadi hadiah besar untuk keberaniannya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement